Mohon tunggu...
Riskhi Diah
Riskhi Diah Mohon Tunggu... -

Menjadi seorang jurnalist dan penulis cerpen

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Hutan Impian

24 Februari 2014   03:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang hari ditengah teriknya matahari ada 5 anak laki-laki yang sedang bermain kejar-kejaran,mereka berlari kesana kemari tanpa mengenal lelah sampa akhirnya ada 1 teman mereka ada yang terjatuh “Kamu ga apa apa kan?” Asa menghampiri Rafi yang sedang menahan rasa sakit. “Iya aku ga apa apa,cuma agak sedikit perih” Rafi tetap tersenyum walau sedang kesakitan. “Duduk dipinggir saja,aku sama yang lain masih ingin bermain.” Namaku Wildan Yuha Asa ini semua temanku Rafa,Rafi,Hafiz,dan satu lagi danang. Kita semua satu sekolah. Kami memang senang bermain disini sepulang sekolah,bermain permainan yang kami sukai. Seperti hari ini kami bermain kucing-kucingan. Biasanya yang menjadi Hafiz,tetapi kali ini giliran Danang yang menjadi kucing. Tak terasa badan sudah terasa lelah. Kami pun segera menakhiri permainan. “Besok kita berkumpul disini lagi,berhubung Kamis pulang cepat kita kumpul jam 1”

Keesokan harinya mereka kumpul dilapangan persis dengan yang dibicarakan Asa kemarin. Satu persatu mereka datang. “Yang lain dimanasa? Kenapa belum datang?”tanya Danang,”Sebentar lagi mungkin,nah itu Rafa Rafi datang” Asa menunjuk ke arah ujung lapangan dimana Rafa dan Rafi datang diikuti langkah Hafiz. “Main apa Sa kita hari ini?” tanya Rafi,”Main perang aja bagaimana?” sahut Danang “Ah itu terlalu sering,bosen” timpal Rafa. Kemudian mereka duduk dibawah pohon besar tepat berada di sisi lapangan. 15 menit berlalu mereka tidak berpindah dari tempat tersebut. Hafiz mendadak mempunyai ide “Teman-teman dibalim desa ini ada hutan gimana kalau seandainya kita coba kesana?”. “Ada ada saja kamu Fiz,nanti kalau ibuku mencariku gimana?” Rafa menatap Hafiz dengan rasa tidak percaya. “Kita bilang dengan orang tua masing masing kalau ingin pergi kerumah teman,gitu” wajah Danang yang penuh dengan semangat. “Nang temannya kan kita kita juga” sahut Asa. “Apa begini saja,bilang kalau Sabtu besok ada tugas sekolah yang harus dikerjakan dirumah temen,dan itu rumahnya jauh.” ide Hafiz pun muncul kembali. “Oke besok sepulang sekolah seperti biasa disini dan membawa peralatan seadanya” Asa ikut semangat. Mereka bubar dan kembali kerumah. Diperjalanan pulang Rafi pun bingung apa yang harus dilakukan,seandainya dia tidak ikut pasti teman yang lain akan memusuhinya. Rafi diam selama perjalanan pulang.

Sabtu siang tepatnya di kantin SMP Cahaya Bangsa.Danang,Asa,Rafa,dan Hafiz menunggu kedatangan Rafi. “Tadi Rrafi berangkat kan Fa?” tanya Hafiz sambil melihat sekeliling kantin Rafi. “Iya berangkat kok,tadi bareng”sikap Rafa menjadi gugup. Kring...kring...kring... bel masuk jam terakhir sudah terdengar. Mereka masuk kelas tanpa melihat sosok Rafi dikantin. Tak lama jam pelajaran bel pulang pun terdengar. Hari ini pulang lebih cepat dikarnakan ada pertemuan para guru.

Jam tangan Danang sudah menunjukan pukul 12:30. Ia bergegas menuju lapangan,degan berbekal botol minum siap berpetualang bersama teman yang lain. Berbeda dengan Danang, Asa membawa tas ransel yang berisikan makanan ringan dan tak lupa botol air minum. Begitu juga dengan Rafa dan Hafiz,mereka persis membawa seperti bawaan Asa. Dengan melawan merasa ketakutan Rafi pun ikut bersama yang lain. “Kalian sudah siap?” dengan penuh semangt Danang bertanya. “SIAAAAAPPP!!!!” yang lain pun tak kalah semangat menjawab pertanyaan Danang. Karna ini pertama kalinya mereka menyusuri hutan. Diawali dengan langkah Danang lalu diikuti Hafiz,Rafa,Asa, dan Rafi. Sepanjang perjalanan mereka bercanda dengan penuh tawa,sehingga lelah pun tidak terasa.

30 menit sudah mereka berjalan. “Haduuuh...lelaaaah...” Hafiz mulai mengeluh. “Kita sudah sampai,itu hutannya” Rafa menunjuk kearah rerimbunan pohon yang nampak seperti hutan. Hutan tersebut rimbun,dan banyak binatang liar yang berkeliaran. Dengan melawan rasa takut mereka mulai masuk kedalam hutan. Hanya mengikuti jalan setapak,tidak ada penunjuk jalan disini. Setelah masuk kedalam hutan tanpa mereka sadari ada angin kecil menerbangkan helaian permen kapas. “Apa ini? Seperti aku pernah lihat” wajah Asa berubah menjadi heran. “Hah iya ini,seperti permen kapas” sahut Hafiz yang tidak kalah herannya dengan Asa. Danang dan yang lain mengikuti asal angin awal berhembus. Berjalan berjalan dan terus berjalan. Ternyata mereka memasuki hutan yang penuh denga permen. Pohonnya terbuat dari permen kapas, sungai yg mengalir adalah susu coklat hangat,ikan dan binatang yang hidup pun berasal dari permen gula. Semua begitu menarik ketika berada disana. Tidak membuang waktu Rafa memakan kupu-kupu yang sedang beterbangan. “Eh Fa jangan dimakan dulu, kalau ternyata ini beracun bagaimana?” bentak Rafi. “Tenang saja,tadi diperjalanan aku memakan sedikit permen kapas alhasil aku tidak apa apa” wajah Rafa yang begitu meyakinkan. Tanpa fikir panjang mereka memakan apa yang mereka lihat. Hutan ini sungguh indah, jauh berbeda dengan hutan yang mereka bayangkan sebelumnya. Tidak terasa mereka telah kekenyangan karna terlalu makan banyak permen dan kue. “Aku ingin membawa untuk ibuku” kata Asa sambil memasukan beberapa permen dan kue serta sebotol susu coklat hangat. “Aku juga ingin membawakan untuk adikku,dia sangat suka dengan marshmallow” Hafiz menaiki pohon pohon permen kapas yang berbuah marshmallow. Rafa,Rafi,dan Danang juga membawakan oleh-oleh untuk keluarganya.  Setela semua terasa siap mereka berjalan pulang. “Andai saja kita tahu hutan ini dari dulu,pasti kita seklu kenyang seperti ini setiap hari” Rafa Rafi mengungkapkannya dengan tawa. “Benar benar terasa  mimpi ya” Hafiz tidak mau kalah berpendapat. Sepanjang perjalanan pulang mereka membicarakan hutan tersebut.

Tiba dirumah Rafa Rafi menemui ibu mereka yang berada didapur. “Bu lihat apa yang kita bawakan untuk ibu” Rafi membuka tasnya. “Kenapa Fi?” Rafa melihat wajah Rafi yang begitu panik. Mereka berdua membongkar tas yang tadi sempat digunakan. Tapi yang mereka temukan adalah lubang kecil yang teedapat dipojok bawah tas Rafa. Begitu juga dengan Hafiz, Danang, dan Asa. Tak ada satu pun sisa permen yang mereka bawa. Kemudian Asa menghampiri rumah Rafa,Rafi,Hafiz dan Danang. Ia meminta untuk semua berkumpul dilapangan.  Dengan sigap mereka menuju lapangan dengan berlari tidak seperti biasanya.

Asa lebih dulu sampa dilapangan,disusul Hafiz, Danang dan seterusnya. “Di bagian bawah tas kalian ada lubang?” tanya Asa. “He’eh, aneh padahal ini tas yang biasa aku gunakan untuk sekolah” jawab Rafa dengan bingung. “Atau mungkin tas kita dirusak orang ketika dihutan tadi” Rafi ikut menjawab. “Hush.. jangan menuduh orang sembarangan,dihutan tadi hanya ada kita”Hafiz tak mau kalah. Akhirnya mereka sadar, hanya bisa menatap satu sama lain dan tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun