Mohon tunggu...
Riska Zafitri cahyanti
Riska Zafitri cahyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Psikososial Menurut Erik Erikson

27 Oktober 2024   13:16 Diperbarui: 1 November 2024   07:29 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  • Biografi Erikson

         Erik Homburger Erikson yang terlahir dengan nama Erik Salomonsen adalah seorang pakar psikologi perkembangan dan psikoanalis berkebangsaan Jerman, Erikson lahir pada (15 Juni 1902, di Frankurt, Jerman). Erikson terkenal akan teorinya tentang (8-Tahap Perkembangan Pada Manusia). Awalnya Erikson adalah seorang psikolog Freudian, namun teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan jika dibandingkan dengan para psikolog Freudian dan lainnya. Teori psikologi Freudian adalah teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud mengenai kepribadian, perkembangan psikoseksual, dan psikoanalisis. Ayah kandung Erikson adalah keturunan Jerman, Ia seorang penjual asinan, dan ibunya, Karla Abrhamsen adalah seorang wanita keturunan Yahudi. Orang tua Erikson berpisah sebelum Ia lahir. Kemudian ibunya, Karla Abrhamsen menikah dengan Dr. Theodore Homburger, lalu pindah ke Karlsruhe, Jerman Selatan. Erikson hanya mengenal ayah tirinya saja yang juga keturunan Yahudi. Sehingga ketika kecil ia selalu diejek karena menjadi satu-satunya anak berambut pirang dan bermata biru diantara lingkungan Yahudi, sementara di lingkungan sekolah yang lebih umum ia justru selalu diejek sebagai seorang Yahudi. Selama hidupnya ia selalu berada dalam kebimbangan tentang identitas dirinya sampai Ia memutuskan untuk mengganti namanya. "Erikson" adalah nama buatannya sendiri yang ia tetapkan untuk menentukan identitas pribadinya.

         Erikson menyelesaikan pendidikannya di Gymnasium. Pada usia 25 tahun ia diundang untuk mengajar di sebuah sekolah swasta di Wina. Ia menjadi tertarik pada pendidikan anak-anak, kemudian ia mengambil kesenian karna sesuai dengan bakat dan minatnya. Ketika sedang mengajar seni di sebuah sekolah di Wina, ia mendapati sekolah tersebut mempraktekkan teori psikoanalisis. Teori psikoanalisis adalah salah satu teori yang membahas tentang hakikat dan perkembangan bentuk kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Unsur utama dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek kepribadian lainnya Erikson menjadi begitu tertarik pada pendidikan anak-anak sehingga ia mengikuti dan tamat dari sekolah pendidikan guru yang menerapkan metode Montessori. Metode Montessori menekankan perkembangan inisiatif anak sendiri melalui permainan dan pekerjaan. Pengalaman ini memiliki pengaruh yang tidak pernah hilang dalam diri Erikson. Pengaruh lain yang lebih dalam ialah perkenalannya yang tak teralakan dengan psikoanalisis ialah ia berkenalan dengan perkumpulan Freud, mengikuti pendidikan beliau dengan konsep psikoanalisis di bawah bimbingan Anna Freud, mempelajari psikoloanalisis di Institut Psikoanalisis di Wina, dan tamat dari sana pada tahun 1933. Bisa dikatakan, ia telah menemukan identitas profesinya. Pada tahun 1950 ia menerbitkan sebuah buku berjudul "Childhood and Society". Buku karya erikson yang berjudul "Childhood and Society" ini membahas hubungan antara pelatihan masa kanak-kanak dan pencapaian budaya, menganalisis unsur-unsur kekanak-kanakan dan dewasa, modern dan kuno dalam motivasi manusia.

  • Tahapan Perkembangan Psikososial Menurut Erikson

         Psikososial adalah perkembangan manusia dalam bentuk tingkah laku, hubungan dan interaksi, serta bagaimana pikiran, perasaan, emosi, dan tindakan tersebut dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain, pengalaman sosial atau situasi sosial yang ada di sekitarnya.

         Teori ini berkaitan dengan prinsip-prinsip perkembangan secara psikologi dan sosial, dan merupakan teori psikoseksual dari Sigmund Freud. Berikut 8 tahapan perkembangan psikososial yang dibuat Erikson :

1. Trust vs Mistrust (Percaya vs Tidak Percaya, usia sejak lahir - 1tahun)

2. Autonomy, Shame, and Doubt, (Otonomi, Malu, dan Ragu-ragu, usia 1-3 tahun)

3. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3- 6tahun)

4. Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)

5. Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)

6. Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)

7. Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)

8. Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun

  • Penjelasan :

1. Trust vs Mistrust (Percaya vs Tidak Percaya, usia sejak lahir -1 tahun)

     Merupakan hal pertama yang akan dipelajari seorang anak dari lingkungannya, seperti rasa percaya kepada orang di sekitarnya, terutama orang tuanya yang selalu bersama setiap hari. Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi seperti makanan dan kasih sayang maka anak akan merasakan keamanan dan kepercayaan. Sebaliknya jika orang tua tidak dapat merespon kebutuhan si anak, maka anak tersebut bisa menjadi seorang yang selalu merasa tidak aman dan tidak bisa mempercayai orang lain, menjadi seorang yang selalu skeptis (skeptis adalah sikap atau pandangan yang cenderung meragukan atau tidak mudah percaya terhadap suatu hal atau gagasan), dan menghindari hubungan yang berdasarkan saling percaya sepanjang hidupnya.

2. Autonomy, Shame, and Doubt, (Otonomi, Malu, dan Ragu-ragu, usia 1-3 tahun)

     Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri. Sebaliknya, jika orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat membentuk sang anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri, dan juga kurang mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa malu dan ragu-ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri.

3. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3-6 tahun)

     Tahap psikososial ketiga ialah tahap inisiatif yaitu suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih seimbang secara fisik maupun kejiwaan. Tujuannya adalah nilai yang menonjol pada tahap perkembangan ini. Kegiatan utama anak dalam tahap ini adalah bermain, dan tujuan tumbuh dari kegiatan bermainnya, eksplorasi, usaha, kegagalannya serta eksperimen dengan alat permainannya. Dalam hal ini orang tua harus bisa memberikan dukungan, bantuan dan apresiasi akan karya-karya anak tersebut agar anak tersebut memiliki rasa percaya diri dan kepedulian. Sebaliknya, apabila orang tua selalu memberikan hukuman atas inisiatif anak, anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk mengambil tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan juga tidak dapat dibenarkan, sebab, anak jadi tidak memiliki rasa peduli akan bimbingan orang tua terhadapnya. Sebaliknya, jika anak memiliki inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat mengembangkan rasa ketidak pedulian.

4. Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)

     Pada tahap ini, anak sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial. Anak mulai mengembangkan suatu perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk berinteraksi di luar keluarga. Dukungan dari orang tua dan guru akan membangun perasaan kompeten serta percaya diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai pengalaman baru. Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan kurangnya dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak produktif.

5. Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)

     Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk melewati hal tersebut. Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif, dan mendapatkan dukungan dari orang tua, serta lingkungan yang baik dan sehat, maka identitas yang positif juga akan tercapai. Akan tetapi jika anak kurang mendapat bimbingan dan mendapat banyak penolakan dari orang tua terkait berbagai peranannya, maka ia bisa jadi akan mengalami kebingungan identitas serta ketidak yakinan terhadap hasrat serta kepercayaan dirinya.

6. Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)

     Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu merasakan cinta serta kasih sayang. Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.

7. Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)

     Ini adalah tahap ke-2 perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang sudah mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika seseorang merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya, maka biasanya akan muncul penyesalan akan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merasa hidupnya mengalami stagnasi.

8. Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)

     Pada fase ini seseorang akan mengalami penglihatan kembali atau flash back tentang alur kehidupannya yang telah dijalani. Juga berusaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berhasil melewati tahap ini, maka seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan, namun jika gagal mereka bisa menjadi putus asa.

          Sebenarnya, teori dari Erikson adalah pengembangan dari teori Freud. Banyak orang yang lebih memilih teori Erikson dari pada teori Freud karena Erikson mencakup seluruh masa dan tahapan kanak-kanak hingga lanjut usia, serta konsep-konsepnya tentang identitas dan krisis identitas. Sedangkan Freud, hanya sebagian diantaranya yaitu sampai masa remaja. Dan juga karena banyak orang tidak percaya bahwa manusia hanya didominasi oleh naluri seksual mereka seperti yang dinyatakan Freud. Erikson menangkap banyak masalah utama dalam kehidupan yang menjadi dasar pembentukan teori psikososisalnya tersebut. Teori psikososial Erikson dianggap lebih realistis karena membawa aspek kehidupan seperti sosial dan budaya.

  • Perbedaan Teori Erikson Dengan Freudian

1. Teori Erikson menekankan pentingnya faktor sosial dan budaya dalam perkembangan manusia, sedangkan teori Freud lebih berfokus pada dorongan dan naluri tak sadar.

2. Teori Erikson menyatakan bahwa perkembangan terjadi sepanjang masa hidup, sedangkan teori Freud menyatakan bahwa perkembangan sebagian besar selesai pada masa kanak-kanak.

3. Teori Erikson mencakup delapan tahap perkembangan psikososial, sedangkan teori Freud mencakup lima tahap perkembangan psikoseksual.

  • Kesimpulan :

     Teori Erikson menguraikan 8 tahap perkembangan psikososial dari masa bayi hingga dewasa akhir. Pada setiap tahap, individu menghadapi konflik antara dua keadaan yang berlawanan yang membentuk kepribadian. Penyelesaian konflik yang berhasil akan menghasilkan nilai-nilai seperti harapan, kemauan, tujuan, dan integritas.

     Teori ini mencakup tentang kehidupan dan menekankan peran interaksi sosial dalam perkembangan individu. Tiap-tiap tahap memiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan untuk memperoleh kebajikan dasar yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan. Pemahaman tentang tahapan-tahapan ini dapat membantu orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan mental dalam mendukung perkembangan individu secara optimal di setiap fase kehidupan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun