Masuk di tahun kedua ketika pandemi Covid 19 masih menjadi topik utama dalam setiap kebijakan di negara kita, Indonesia. Entah sudah berapa banyak kebijakan pemerintah lakukan untuk mengatasi pandemi di negara kita tercinta. Entah sudah berapa ratus artikel diterbitkan atas setiap kebijakan beserta pro kontra yang mengikutinya kemudian.
Menjadi adil untuk semua kalangan bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tentu akan ada yang merasa dirugikan ketika di sisi lain ada pula yang merasa diuntungkan. Menjadi bijak disaat banyak kepala yang harus dipuaskan tentu bukan hal yang sederhana. Dan saya rasa seadil dan sebagus apapun kebijakan yang diterapkan tidak akan efektif jika pada dasarnya kita belum berada pada perahu yang sama.
Bagaimana seorang nelayan akan mampu menerjang ombak di lautan ketika perahu yang harus ia kendalikan ternyata lebih dari satu buah?Â
Pada dasarnya kita mungkin masih berada di perahu yang sama sebelum pandemi ini hadir di dunia. Setidaknya kita sama-sama tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi dan masih harus kita hadapi hingga saat ini. Mungkin ada kalangan yang sudah lebih mengerti hal ini memang ada karena ada dibidang yang berkaitan. Namun tentu ada pula kalangan yang sangat awam tentang hal demikian.
Ketika hal baru seperti ini muncul bagi kalangan yang awam, hal pertama yang mereka tahu adalah dasar dari bagaimana keputusan mereka selanjutnya untuk beradaptasi atas hal baru tersebut. Jika mereka menemukan atau mencari tahu pada hal yang memberi pandangan dengan konotasi yang tidak baik, hal ini mungkin menjadi hal yang mereka percayai selanjutnya.
Banyak dari kita yang tidak peka atau mungkin terbiasa dengan hidup yang hanya sekadar mengenal tidur, makan, dan menacari nafkah. Mereka yang mungkin secara finansial hanya berpikir untuk bisa makan agar bisa bertahan hidup atau mereka yang tidak mengenal bagaimana menjaga tubuhnya sendiri karena dipikirannya selama ia masih mampu bergerak dan beraktivitas artinya mereka sehat.
Kita tidak bisa mengecualikan mereka yang hidup dengan pemikiran demikian karena mereka pun bagian  dari rakyat Indonesia yang harus dilindungi pula. Tidak semua yang tidak percaya karena mereka tidak peduli. Mereka mungkin hanya korban dari informasi kurang bijak yang akhirnya menjadi hal yang mereka percaya kemudian.
Disinilah seharusnya mereka yang mengerti dan mereka yang peduli untuk bisa membantu mengatasi memberikan informasi yang bijak. Benar. Saya rasa informasinya harus bijak.Â
Bijak yang saya maksud adalah mampu membuat mereka yang tidak tahu menjadi tahu namun tidak untuk membuat mereka pesimis. Tidak semua orang punya kapasitas pemikiran yang sama. Jika kita bicara dengan bahasa yang tinggi untuk mereka yang bahkan ketika sakit hanya memilih tidur untuk menjadi obatnya, apakah tidak terlalu sulit untuk bisa dipahami? Pintar bukan hanya soal ilmu namun juga tentang memahami bagaimana cara berkomunikasi perihal ilmu yang kita miliki.
Di situasi seperti ini, mereka yang mengerti menjadi kalangan yang memiliki peluang lebih banyak untuk menciptakan keberhasilan menangani pandemi ini. Mengapa? Karena kita yang lebih mengerti, yang memiliki akses untuk memberi informasi seharusnya merangkul semua kalangan untuk berada bisa berada di perahu bersama. Namun sayangnya dewasa ini kita justru melihat lebih banyak yang berdebat perihal percaya tidak percaya dibanding saling bergandengan tangan untuk mencari jalan keluar bersama.