Mohon tunggu...
Riska Wulan Ningsih
Riska Wulan Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - bismilah bisa

semangat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekuatan Regulasi Emosi Penting dalam Kesuksesan Anak

21 November 2022   17:40 Diperbarui: 21 November 2022   17:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seseorang konselor pernah bercerita tentang anak yang mungkin berusaha menyembunyikannya karena takut dihukum jika melakukan kesalahan, tetapi orang tua ternyata mengetahuinya dan mungkin tetap dihukum. Dalam hal ini, anak bereaksi terhadap rasa takut secara tidak tepat, karena apa yang dilakukannya ternyata sia-sia. Namun ketika seseorang sedang dikejar hewan liar di hutan, berlari dalam 'ketakutan' yang sama mungkin bisa menjadi respon yang tepat.

Mengapa kemampuan seorang anak untuk mengatur emosinya penting untuk kesuksesannya?

Anak- anak menunjukkan hubungan positif antara pengaturan emosi dan prestasi akademik awal termasuk literasi dan numerasi pada anak-anak prasekolah. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi emosi dapat berdampak positif pada pembelajaran anak. Selain itu juga, pengaturan emosi juga penting untuk masa depan anak. Kemampuan mengatur emosi yang dipelajari di masa anak-anak kemudian mengalihkan dalam kehidupan jenjang dewasa sebagai keterampilan penting. Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mengatur emosi berkaitan erat dengan kesejahteraan dan kesuksesan oraganisasi.

Banyak anak yang mengalami keterlambatan dalam mengembangkan regulasi emosinya, bahkan setelah mereka berhenti mengamuk, masih bermasalah dengan perilaku impulsif dan tidak pantas mereka. Selain bisa menyulitkan pengasuh, karena kemampuan mengatur emosi ini terbawa sampai dewasa dan mempengaruhi kesuksesan, tentunya kita tidak bisa tinggal diam ketika anak kesulitan mengatur emosinya.

Memangnya seperti apa regulasi emosi ?

Regulasi emosi memiliki tiga aspek penting dalam membentuk perilaku anak. Aspek pertama evaluasi emosional. Orang tua dilatih untuk memahami emosi mereka mengenali emosi negatif yang mereka rasakan dan menginterpretasikan emosi negatif tersebut sehingga orang tua dapat merespon dengan tepat emosi yang timbul. Aspek kedua pengaturan emosi. Ini dapat dicapai melalui olahraga dan relaksasi. bahwa olahraga dan relaksasi ialah alat untuk mengatur emosi negative. Aspek ketiga ekspresi perasaan. Orang tua diminta untuk menggambarkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan untuk menemukan cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan mereka.

Regulasi emosi ialah proses internal dan eksternal yang bertanggung jawab untuk memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi respons emosional. mencapai tujuan dapat dikatakan bahwa orang yang mampu mengarahkan emosi dan upaya tersebut sesuai dengan tujuan dan situasi memiliki pengaturan emosi yang adaptif. Disisi lain juga, orang yang sulit mengatur emosinya sesuai dengan tujuannya dikatakan mengalami gangguan emosi.

Ada beberapa strategi yang kita harus tau tentang regulasi emosi

Anak yang self-regulation yang baik dalam belajar memiliki sikap positif dalam belajarnya karena menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan tujuan pribadi yang diberikan dan strategi untuk menghadapi tantangan. Siswa dengan disiplin belajar yang baik dapat mempertahankan proses secara sistematis dan memiliki kendali penuh atas tingkah lakunya sehubungan dengan hasil belajarnya.

  • Cognitive reappraisal sebagai cara orang menafsirkan kembali situasi emosional untuk mengubah dampak emosional mereka. Regulasi emosi berfokus pada penilaian ulang kognitif dan menyangkut hal-hal yang dilakukan orang sebelum emosi tersebut diekspresikan. Penilaian ulang kognitif adalah bentuk perubahan kognitif yang digunakan orang untuk mengubah cara mereka berpikir tentang situasi yang dapat memicu emosi untuk mengubah transformasi emosional mereka. Individu yang menggunakan strategi penilaian ulang kognitif mengalami lebih banyak emosi positif dan mengekspresikan lebih banyak emosi positif.
  • Expressive suppression suatu bentuk pengaturan respons dengan menghambat perilaku ekspresif emosional yang sedang berlangsung, yang meliputi ekspresi wajah, nada suara, dan perubahan perilaku atau lebih fisiologis. Penekanan ekspresi hanya efektif dalam menghambat respons emosional berlebihan, tetapi tidak membantu untuk mengurangi emosi. Individu yang sering menggunakan penekanan ekspresif mengalami pengalaman emosional negatif dan lebih cenderung mengekspresikan dan mengalami emosi negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun