Oleh: Riska Sukma Kumala Dewi dan Hertauli Katarina Manullang
Pempek, kuliner khas Palembang, bukan hanya sekadar makanan tradisional. Kini, ia telah menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang dikenal luas di berbagai daerah dan bahkan luar negeri. Terbuat dari ikan dan sagu, pempek dikenal karena rasanya yang lezat dan kuah cuka yang khas. Meski sudah meraih popularitas, pempek menghadapi berbagai tantangan dalam pemasarannya, terutama untuk menjangkau pasar internasional. Dengan berbagai masalah yang ada, banyak pelaku usaha kuliner ini yang harus berpikir lebih kreatif agar pempek bisa dikenal lebih luas dan tetap eksis di tengah persaingan kuliner global yang semakin ketat.
Pempek pertama kali ditemukan pada abad ke-16 oleh seorang pedagang Palembang bernama Iskandar. Awalnya, pempek dibuat sebagai makanan praktis yang dapat bertahan lama dan mudah dibawa dalam perjalanan jauh, terutama bagi para pelaut dan pedagang. Seiring dengan berkembangnya zaman, pempek mengalami berbagai variasi, dari pempek kapal selam yang berisi telur hingga pempek adaan yang lebih kecil dan mudah disajikan. Makanan ini awalnya hanya dikenal di Palembang, namun seiring berjalannya waktu, popularitas pempek pun mulai merambah ke kota-kota besar di Indonesia dan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Namun, seiring dengan semakin populernya pempek, muncul pula tantangan dalam hal pemasaran dan distribusi. Sebagai kuliner yang dikenal luas, pempek kini harus bersaing dengan makanan modern yang lebih mudah diterima oleh konsumen muda. Di satu sisi, banyak restoran dan rumah makan yang menjual pempek, namun kualitas dan konsistensinya seringkali menjadi masalah. Bagi para pengusaha pempek, mengatasi kendala ini sangat penting untuk menjaga citra dan kualitas produk di pasar yang semakin kompetitif.
Menurut data dari Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang, pempek diproduksi lebih dari satu juta potong per bulan di Palembang saja. Meningkatnya permintaan di luar kota juga menunjukkan betapa pempek semakin diminati. Di Jakarta, misalnya, pempek dapat ditemukan dengan mudah di berbagai pusat perbelanjaan dan rumah makan. Bahkan, pempek kini telah menembus pasar internasional, dengan beberapa toko yang menjual pempek frozen di negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan bahkan beberapa negara Eropa.
Namun, di balik angka yang menggembirakan ini, masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku usaha pempek. Salah satunya adalah masalah kualitas bahan baku yang tidak selalu konsisten. Ikan yang digunakan dalam pembuatan pempek sering kali bervariasi kualitasnya, yang berpengaruh langsung pada rasa dan tekstur pempek itu sendiri. Selain itu, metode pemasaran yang masih mengandalkan cara tradisional juga menjadi hambatan dalam perkembangan bisnis pempek di era digital ini.
Untuk mengatasi tantangan pemasaran ini, diperlukan perbaikan dalam beberapa aspek. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan pempek ke pasar internasional menggunakan strategi pemasaran digital. Pelaku usaha pempek bisa memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan Facebook untuk memperkenalkan produk mereka ke konsumen yang lebih luas. Selain itu, pemanfaatan platform e-commerce bisa menjadi cara efektif untuk menjual pempek secara online, termasuk produk pempek frozen yang bisa dikirimkan ke berbagai daerah.
Namun, tidak hanya pemasaran yang perlu diperhatikan. Proses manajemen internal dalam pengelolaan usaha juga memainkan peran yang sangat penting. Dalam hal ini, penerapan perilaku keorganisasian yang baik bisa menjadi solusi. Salah satu kunci utama adalah pembentukan tim yang solid, di mana masing-masing individu dalam tim memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas. Dalam sebuah organisasi yang baik, komunikasi yang lancar dan terbuka antara semua bagian dari produksi hingga distribusi adalah hal yang sangat penting untuk menjaga kualitas dan efisiensi operasional.
Di sisi lain, peningkatan kualitas dan standarisasi produk juga sangat diperlukan. Pempek yang diproduksi dengan kualitas yang terjaga akan membangun kepercayaan konsumen dan menciptakan loyalitas pelanggan. Oleh karena itu, dalam menjalankan bisnis pempek, setiap pelaku usaha harus berkomitmen untuk mempertahankan kualitas bahan baku dan rasa yang konsisten. Penggunaan teknologi dalam proses produksi, seperti mesin pemanggang atau pengolahan ikan yang lebih modern, juga dapat meningkatkan kualitas produk dan mempercepat produksi.
Tidak hanya itu, pelaku usaha pempek juga harus berinovasi dengan menciptakan varian baru pempek yang lebih menarik bagi konsumen muda. Misalnya, menciptakan pempek dengan cita rasa yang lebih kekinian atau dengan bahan-bahan lokal yang unik. Dengan pendekatan ini, pempek tidak hanya akan menjadi makanan tradisional, tetapi juga mampu bersaing di pasar kuliner modern.