Mohon tunggu...
Riska Restiana
Riska Restiana Mohon Tunggu... Penjahit - Ibu rumah tangga

Hobi saya mendengarkan musik, film

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terperangkap dalam Rintangan Desa

16 Januari 2024   12:56 Diperbarui: 16 Januari 2024   13:11 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terperangkap dalam Rintangan Desa

Di sebuah desa kecil yang dipeluk hijau pepohonan, hidup seorang pemuda bernama Adi. Wajahnya yang penuh semangat mencerminkan cita-cita besar untuk membangun masa depan di tempat kelahirannya sendiri. Namun, di balik senyumnya tersimpan kenyataan pahit---sempitnya lapangan kerja di desa tersebut.

Adi tumbuh dalam keluarga petani. Meskipun desanya subur dengan ladang-ladang yang luas, lapangan kerja terasa semakin sempit bagi pemuda seperti Adi yang bercita-cita lebih tinggi. Setiap pagi, Adi berjalan melintasi sawah-sawah yang membentang, tetapi rasa khawatir mengendap di hatinya.

Pendidikan adalah kunci, begitu kata orang tua Adi. Namun, setelah lulus dari sekolah menengah, terlihat sulit menemukan pekerjaan yang sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Lapangan pekerjaan terbatas, dan persaingan pun semakin ketat.

Mimpi Adi untuk meningkatkan taraf hidup desa terasa semakin sulit diwujudkan. Seiring berjalannya waktu, beberapa pemuda desa memilih untuk pergi mencari peluang di kota besar, meninggalkan desa halaman kelahiran mereka. Adi ragu-ragu, tetapi tekadnya membara untuk membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari desanya sendiri.

Dengan tekun, Adi memulai usaha kecil di bidang pertanian organik. Meskipun terasa kuno di tengah desa yang masih mengandalkan cara tradisional, Adi yakin bahwa produk organik akan memiliki daya tarik sendiri. Namun, perjalanan tidaklah mudah.

Adi menghadapi tantangan dalam mencari pasar untuk produk organiknya. Beberapa warga desa masih lebih memilih hasil pertanian konvensional yang lebih mudah ditemui. Namun, Adi tidak menyerah. Ia memilih untuk memberikan edukasi tentang manfaat produk organik, mendorong kesadaran akan keberlanjutan dan kesehatan.

Suatu hari, berkat keuletannya, Adi berhasil menjalin kerja sama dengan pasar lokal. Produk organiknya mulai diminati, meskipun harus bersaing dengan pasar yang lebih besar dan modern. Ketenaran Adi sebagai pelopor pertanian organik di desanya membuat banyak pemuda lainnya terinspirasi untuk mencoba hal serupa.

Dalam perjalanannya, Adi menyadari bahwa menjaga identitas desa sambil menciptakan lapangan kerja baru adalah suatu tantangan yang berharga. Melalui kerja keras dan semangatnya, Adi tidak hanya mengubah nasibnya sendiri tetapi juga membuka jalan bagi perubahan di desanya yang tercinta.

Sempitnya lapangan kerja di desa sendiri bukanlah akhir dari segalanya. Adi membuktikan bahwa dengan tekad dan inovasi, kita bisa membuka pintu-pintu baru yang membawa harapan dan kemajuan. Desa itu bukan hanya tempat kelahiran, tetapi juga ladang untuk menanam benih perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun