Mohon tunggu...
Brigitta Riska Ratnasari
Brigitta Riska Ratnasari Mohon Tunggu... pustakawan -

mencintai apa yang akan menjadi profesi saya : pekerja informasi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Telat Nih Ye

23 November 2016   13:25 Diperbarui: 23 November 2016   13:33 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image source: http://www.memecenter.com/

Sudah puluhan kali saya berada dalam suatu kondisi di mana waktu tidak dihargai dan terbuang secara sia-sia. Bukan bermaksud munafik, saya pun pernah memegang kendali atas 'korupsi waktu' alias terlambat tapi saya tidak pernah merencanakan untuk terlambat.

Mengenyam pendidikan dasar di sebuah sekolah yang memiliki tingkat disiplin tinggi memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam hidup saya. Terlambat berarti ketinggalan sesuatu, terlambat membuat saya tidak bisa ikut pelajaran penuh, dan terlambat membuat saya MALU. Maka dari itu, sedari kecil, saya berusaha untuk bisa 'menampakkan diri' minimal 15 menit sebelum acara dimulai dan saya merasa bangga ketika belum ada banyak orang yang datang selain saya.

Tetapi beberapa tahun kemudian, saya mendapati fenomena yang membuat saya kaget sekaligus benci. Ada orang yang sengaja datang terlambat dengan alasan yang sama sekali nggak masuk akal: acara dimulai pukul 07.00. Pukul 06.40 baru bangun, itu aja nggak langsung cepet siap-siap malah ngulet di kasur sambil bilang, "duh masih ngantuk nih." What? Ada lagi. Acara mulai pukul 18.00 dan venuenya cukup jauh eh waktu saya jemput pukul 17.15, si dia lagi enak-enakan ngeringin rambut. Dia kaget waktu saya datang dan langsung bilang, "bentar ya, aku dandan dulu. Paling acaranya molor." Dan akhirnya kami baru bisa berangkat pukul 17.50. Ajaibnya, acara memang beneran molor, padahal saya ngarepnya kami telat dan dimarahi biar dia ini kapok.

Jadi apa itu alasan yang bikin jam di undangan dimajukan dari jam pelaksanaan sebenarnya? Supaya bisa mentolerir hal semacam itu? Saya yang cenderung on time paling nggak suka nerima undangan acara yang mengharuskan saya datang pukul 08.00 misalnya, tapi ternyata acara sesungguhnya baru bakal dimulai pukul 08.30. Selisih setengah jam? Kenyataannya, bahkan kemoloran bisa terjadi lebih dari itu, yang akhirnya ditanggapi dengan santai, "Indonesia.. biasa.. molor." Demi apa.. See, pada akhirnya  'korupsi waktu' jadi hal yang lumrah, wajar, dan normal bagi sebagian besar orang.

Herannya lagi, dunia pendidikan yang idealnya memberi contoh kedisiplinan waktu pun ternyata juga tidak lebih baik. Beberapa waktu lalu, saya menghadiri undangan acara sosialisasi oleh Dinas Pendidikan Kota yang diagendakan mulai pukul 09.00. Faktanya? Acara itu baru mulai sekitar 45 menit kemudian! Alasannya? "Maaf ya tadi saya harus menyelesaikan sesuatu dulu dan di jalan malah kejebak macet." Anehnya, sosialisasi yang kedua juga molor lagi, lebih dari 1 jam! Penyebabnya? Orang yang sama! Jelas kan kalau itu memang disengaja. "Ah, acara nggak bakal mulai kalau saya belum datang." Semacam itukah yang ada di pikiran  beliau yang notabene memang pemangku jabatan? You're rude and selfish. It's inconsiderate!

Sampai kapan batas tolerir akan terus diberikan? Kenapa sih acara tidak dimulai saja tanpa menunggu kursi terisi penuhlah, sampai semua datang dulu lah? Bukankah terlalu mentolerir justru tidak akan memberi efek jera buat para koruptor itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun