Mohon tunggu...
Riska Nisa'ul Asyrofi
Riska Nisa'ul Asyrofi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Perempuan yang selalu tersenyum.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi HJB Ke - 337 : Sejarah yang Terlupakan

23 September 2014   06:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:52 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memasuki bulan Oktober ada peristiwa bersejarah khususnya bagi masyarakat Kabupaten Bojonegoro. Memasuki bulan Oktober 2014 ini Kabupaten Bojonegoro genap berusia 337 tahun. Sebuah usia yang tentunya sangat tua berdasarkan peradaban manusia. Membuka sejarah lama, Bojonegoro 337 tahun belumnya ada nama Bojonegoro. Diawali dari kekalahan Kerajaan Mataram melawan VOC Belanda, pada akhirnya Mataram dipaksa menandatangani perjanjian politik pada tahun 1677 dimana isi dari perjanjian tersebut Mataram diharuskan menyerahkan wilayah kekuasaannya di pantai utara Jawa kepada VOC.

Jipang merupakan satu dari beberapa wilayah Mataram di pantai utara Jawa yang harus diserahkan ke VOC. Jipang yang merupakan cikal bakal Bojonegoro sebelumnya merupakan kadipaten yang kemudian dirubah menjadi Kabupaten pada tanggal 20 Oktober 1677 oleh pemerintahan Belanda kala itu, dengan Wedana Bupati Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang. Tanggal 20 Oktober 1677 inilah yang ditetapkan sebagai hari lahirnya Bojonegoro dan setiap tahunnya tanggal 20 Oktober selalu diidentikkan dengan peringatan hari jadi Kabupaten Bojonegoro. Kala itu terdapat tiga Kabupaten disekitar Jipang (Bojonegoro) yang belum ikut pemerintahan Belanda, tiga kabupaten itu adalah Kabupaten Mojoranu, Kabupaten Padangan, dan Kabupaten Baureno.

Lalu darimana sebenarnya nama Bojonegoro berasal? Setelah mendirikan Kabupaten Jipang yang merupakan cikal bakal Bojonegoro, Pemerintahan Belanda mendirikan wilayah tandingan dengan nama Rajekwesi dengan pusat pemerintahan di Ngumpakdalem. Diawali dari keinginan pemerintahan Belandan untuk menyatukan ketiga kabupaten di sekitar Bojonegoro tersebut, akhirnya terjadilah peperangan dimulai dari perang yang melibatkan Kabupaten Rajekwesi yang merupakan bentukan Belanda dengan Kabupaten Mojoranu. Hingga tahun 1827 daerah Rajekwesi dibawah pimpinan R.T. Joyonegoro dipenuhi peperangan dan pemberontakan. Hingga ketika pasukan Rajekwesi dibawah pimpinan R.T. Joyonegoro terdesak mereka meminta bantuan Kabupaten Sedayu., lalu dikirimlah pasukan dari Sedayu untuk membantu R.T. Joyonegoro menyerang Kabupaten Mojoranu. R.T. Sosrodilogo yang merupakan pimpinan pasukan kerjaan Mojoranu sekaligus putra Pateh Demang R. Sumosirjo yang menggantikan Bupati Mojoranu R. Sosrodiningrat.

Pada 3 Oktober 1828 pasukan Sosrodilogo menyerah kepada pemerintahan Belanda. Akhirnya R.T. Joyonegoro yang masih menjabat Bupati Rajekwesi merayakan kemenangan dengan menggelar pesta besar - besaran setelah berhasil mengalahkan pasukan Mojoranu. Dari sanalah R.T. Joyonegoro mengganti nama Rajekwesi menjadi Bojonegoro, Bojonegoro berasal dari kata Bojo yang berarti bersenang - senang, dan negoro yang berarti Negara. Jadi Bojonegoro dapat diartikan sebagai negara yang bersenang - senang atau berpesta. Setelah itu pemerintah Belanda mengangkat R.T. Joyonegoro sebagai Bupati Bojonegoro.

Sebagai Bupati “Bojonegoro” pertama akhirnya R.T. Joyonegoro memindahkan lokasi pusat pemerintahan dari sebelumnya di Ngumpakdalem ke utara di tempat yang sekarang. Namun dahulunya pusat pemerintahan Kabupaten Bojonegoro yang sekarang ini berada di utara Sungai Bengawan Solo, sebelum dipindahkan oleh Belanda.

Sejarah merupakan bagian dari peradaban manusia yang tak mungkin bisa dibohongi. Bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro yang ke - 337 sudah sepatutnya generasi muda Bojonegoro mengetahui teori awal mula sejarah terbentuknya Bojonegoro. Hal ini supaya sejarah tidak terputus begitu saja dan hilang ditelan waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun