Refleksi pada modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional, ini saya tulis sebagai media yang mendokumentasikan perasaan dan pengalaman, yang saya rasakan ketika mempelajari modul 2.2. Dengan model refleksi yang saya pakai adalah Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Kegiatan dimulai dari modul 2.2.a.2 pendahuluan.
1.FACTS (PERISTIWA)
Di minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yang saya lakukan pada modul 2.2. Seperti biasanya yaitu menggunakan Alur Merdeka Belajar yang diawali dengan Mulai dari diri yaitu Mengaitkan aspek sosial dan emosional dalam keseharian CGP sebagai pendidik, Harapan & ekspektasi. Dan dalam Eksplorasi konsep saya mendapatkan penjelasan tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional menurut kerangka CASEL (kolaborasi untuk akademik dan pembelajaran sosial dan emosional) dan juga tentang pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness). Dalam eksplorasi konsep juga saya dilatih untuk melakuakn analisis terhadap 5 kasus yang dicontohkan, yaitu dengan melakuakn identifikasi pada apa sebenarnya situasi yang terjadi pada masing-masing kasus dan juga menguraikan tentang bagaimana respon yang seharusnya dilakuakn oeh masing-masing tokoh dalam kasus-kasus tersebut sesuai denagn KSE kesadaran diri yang berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness).
Selanjutnya dalam Ruang kolaborasi secara umum kami berdiskusi dalam kelompok untuk menguraikan penerapan pembelajaran 5 kompetensi sosial-emosional sesuai dengan jenjang pendidikan masing -masing. Dan refleksi tentang proses penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) yang sudah dilakukan (apa yang menarik, apa yang berubah, apa yang menantang, apa yang ingin ditingkatkan/diterapkan). Dalam ruang kolaborasi ini saya satu kelompok dengan bapak Imron Rosadi dan ibu Lukhi Muristha Sari kami membahas tentang ide implementasi pembelajaran sosial dan emosional untuk murid pada jenjang SMA, dan juga membahas tentang ide penguatan kompetensi sosial dan emosional untuk rekan pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di Sekolah. Selanjutnya adalah pada tahap Demonstrasi kontekstual dengan melakukan refleksi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang masih ingin dipelajari lebih lanjut sebagai persiapan aksi nyata.
Pada Elaborasi Pemahaman, dilaksanakan dengan mengelaborasi serta merefleksikan pemahaman dan penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh dalam konteks masing-masing melalui sesi tanya jawab dengan instruktur. Kemudian dilanjutkan pada Koneksi antarmateri yaitu membuat kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah didapatkan dari proses pembelajaran sosial dan emosional serta membuat koneksi materi pembelajaran sosial dan emosional dengan pembelajaran berdiferensiasi dalam kerangka memenuhi pembelajaran yang berpihak pada murid. Selanjutnya Aksi nyata yaitu dengan menerapkan rancangan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh yang dikoneksikan dengan materi modul pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas yang diampunya.
2.FEELINGS (PERASAAN)
Saya merasa senang mengikuti aktivitas pembelajaran pada modul 2.2 ini yaitu tentang Pembelajaran Sosial Emosional, karena mendapatkan pengetahuan baru tentang KSE, yang akan berguna sekali dalam menunjang proses pembelajaran di kelas. Dengan menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional ini murid-murid akan menjadi lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dan dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang, serta berpikir dengan lebih jernih yang akan berpengaruh pada rasa percaya diri, empati, dan partisipasi aktif dalam tiap kegiatan pembelajaran sehingga lebih optimal dan menimbulkan perasaan senang pada semua murid sehingga dapat meningkatkan bakat serta potensi pada diri murid.
3.FINDINGS (PEMBELAJARAN)
Dengan mempelajari modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional ini, saya mendapatkan banyak pengetahuan baru diantaranya adalah tentang urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal, dan konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL(Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dalam modul 2.2 ini saya juga mendapatkan pemahaman tentang bagaimana implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator, yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 1) Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri), 2) Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), 3) Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), 4) Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi), 5) Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).
Penerapan pembelajaran sosial dan emosional bukan hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas. Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan harus berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kolaborasi dan gotong royong, keluarga, sekolah, dan komunitasbersama-sama mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan psikologis murid-murid kita. Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutinuntuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.
4.FUTURE (PENERAPAN)
Selanjutnya saya akan menerapkan KSE dalam pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid. Dengan melakukan kegiatan praktik baik dalam penerapan pembelajaran sosial emosional diharapkan dapat membangun budaya positif dalam diri individu murid, yang memiliki kesadaran diri dan emapti kepada lingkungannya. Dengan individu yang memiliki karakter baik diaharapkan dapat menciptakan lingkungan yang positif pula sehingga terciptalah lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan bagi murid-murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H