Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Secara historis lembaga ini mulai berkembang sejak zaman para da'i di tanah jawa, Walisongo, sekitar abad 15. Selain dari lembaga keagamaaan dan pendidikan, pesantren juga berkembang menjadi lembaga sosial kemasyarakatan melalui inovasi-inovasi yang dilakukannya. Pada prakteknya, selain menyelenggarakan pendidikan, banyak juga pesantren yang menyelenggarakan pendidikan diniyah formal, satuan pendiidkan muadalah, madrasah, pendidikan kesetaraan, pendidikan keterampilan atau vokasi.
Dengan melihat urgensi pesantren tersebut, perhatian dan peran aktif dari semua pihak dalam rangka menjaga dan memajukan peran pesantren merupakan suatu keharusan, terlebihnya dari pemerintah. Untuk itu diterbitkan Buku Pedoman Akuntansi Pesantren (PAP) yang dikenal dengan Sistem Akuntansi Pesantren Indonesia ( SANTRI). PAP ini disusun berdasarkan acuan SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) serta menggunakan PSAK No. 45 tentang organisasi nirbala serta ISAK syariah. Akuntansi  pesantren ini hadir  untuk  membantu  penyusunan  laporan keuangan  bagi  manajemen  pesantren.  Munculnya  akuntansi  pesantren  salah  satunya adalah  untuk  menegaskan  terkait  dengan  aset  pesantren.  Bagian  mana  yang  milik pribadi  pimpinan pesantren,  dan  bagian  mana  yang  milik  pesantren  hasil  bantuan atau  wakaf  umat.  Tujuannya  jelas,  demi  keberlangsungan  pesantren,  kemakmuran dan profesional pengelolaannya.
Penerapan SANTRI di Indonesia tentu memiliki peluang dan tantangan tersendiri,  karena  banyaknya  jumlah  pesantren  yang  ada  dan  akan  menjadi entitas  pelapor  keuangan  dalam  PAP  ini. Peluang penerapan SANTRI dapat dilihat dari berbagai faktor, seperti faktok pendidikan. Pesantren  mengajarkan  sifat-sifat  wajib bagi rasul dan ini bisa di aplikasikan dalam bidang akuntansi.Â
Sifat wajib bagi rasul yaitu: 1)Siddiq, seorang Akuntan harus bekerja dengan benar. Benar dan jujur   dalam   menerapkan   kriteria,   standar,   kebijakan,   dan   peraturan pemerintah  yang  mengikat  dirinya  dalam  menjalankan  profesinya.  2)Amanah,  seorang Akuntan  harus  memiliki  rasa  tanggungjawab  yang  tinggi.  Kesadaran  dan keyakinan bahwa hasil pekerjaannya tidak sekedar untuk dipertanggungjawabkan  ke  atasan  atau  pemberi  tugas,  namun  sebagai  makhluk  juga  harus  mempertanggungjawabkannya  kepada  Allah SWT.  3)Tabligh, seorang Akuntan harus memiliki keberanian dalam menyampaikan hasil pekerjaannya. Risiko disukai atau  tidak  harus  diabaikan  demi  menyampaikan  informasi  yang sebenarnya. 4)Fathonah,  seorang  Akuntan  harus  memiliki  kompetensi yang memadai sesuai dengan profesi akuntan yang dipilihnya, apakah sebagai akuntan  pendidik,  akuntan  publik,  akuntan  manajemen,  ataukah  akuntan pemerintah.
Namun  selain  peluang  yang  ada,  penerapan  PAP  ini  akan  menghadapi beberapa tantangan ke depan, antara lain dari Faktor Kultural :Ada  beberapa  pesantren  yang  dari  pendirian  sampai  pengelolaannya dilakukan secara  kultural. Pencataan  dan  pendataan  aset  sulit  dilakukan, karena  sulit  memisahkan  dan  membedakan  antara  aset  pesantren  dan  aset pengasuh atau  pengelola, karena  mayoritas aset  milik  pengasuh  dan pembiayaan  dari  pengasuh  pula sehingga  akan  mendapatkan  kendala dalam pengakuan  aset  yang  ada. Jika dilihat pula dari faktor SDI Di  pesantren salaf kurikulum  pendidikan  yang dijalankanhanya  kitab-kitab  klasik  dan pengelolaannya  secara  tradisional,  sehinggaoutput  santrinya menjadi  salaf juga  serta  tidak  menguasai  ilmu  keuangan  dan  akuntansi.
KesimpulanÂ
Pedoman  Akuntansi  Pesantren  (PAP)   yang  dikenal  dengan  Sistem Akuntansi  Pesantren  Indonesia  (SANTRI) dibuat  supaya  pondok  pesantren mampu  menyusun  laporan  keuangan  sesuai  dengan  standar  akuntansi keuangan  yang  berlaku  umum  dengan  mempertimbangkan  sifat  dan karakteristik dari pondok pesantren itu sendiri Prospek  PAP  iniada  peluang  dan  tantangan  dalam  penerapannya. Peluang yang  dimaksudkan  adalah  kemudahan  dalam  implementasinya  dan  mudah diterima Namun ada pula tantangannya yang disebabkan faktor-faktor tertentu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H