Mohon tunggu...
Riska Ftr
Riska Ftr Mohon Tunggu... Arsitek - sibuk

no

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Buku "The Philosophy of Crayon", Sebuah Keistimewaan Crayon

29 Januari 2020   23:34 Diperbarui: 9 April 2021   15:13 4306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku "The Philosophy of Crayon" (Sumber : transmediapustaka.com)

Dalam buku ini, dunia dapat diumpamakan sebagai boks crayon dan  manusia adalah crayon yang ada di dalamnya. Satu boks crayon terdapat berbagai macam warna yang mampu menghadirkan perbedaan tampilan pada tiap bidang yang mereka 'sentuh'. Setiap crayon akan memiliki 'luka' yang berbentuk patahan.

Semakin sering crayon itu dipakai, maka 'luka' yang ada pun semakin banyak. Begitu pula dengan manusia yang akan menemukan ketidakindahan pada hidup ini. Pada satu titik, kita akan menghadapi kenyataan bahwa hidup kita ini tidak lagi kinclong. Semua terjadi akibat kesalahan- kesalahan yang kita buat sendiri. Goresan yang disebabkan oleh tindakan sendiri.

Pada buku ini, kita bisa belajar menjadi seseorang yang dewasa. Ketika kamu merasa kesal, marah, kecewa, kamu bisa memberitahu apa yang kamu rasakan, apa yang kamu butuhkan, dan apa yang menjadi akar masalah dari kekesalanmu itu tanpa membuat orang lain tersinggung.

Emosi yang kita rasakan bisa kita kontrol degan mencoba untuk menahan diri agar kita tidak menyikiti perasaan orang lain. Daripada mencoba mengendalikan hal -- hal yang tidak dapat kamu kendalikan, lebih baik kendalikan terlebih dahulu emosimu.

Saat kecil, kita adalah sosok yang dapat dengan gampangnya memberikan kepercayaan kepada orang lain, dapat dengan mudah merasa bahagia. Tapi seiring berjalannya waktu dan semakin menjadi dewasa, kita  pula semakin menjadi orang yang pengecut. Karena terlalu banyak kekecewaan yang didapat.

Padahal tidak ada larangan bagi kita untuk berharap lagi dan menciptakan mimpi yang baru. Semua kekecewaan, sebenarnya dapat kita atasi dengan memulai kembali bahkan beberapa kali walau sehancur apapun keadaan kita.

Buku ini memberikan motivasi untuk tetap menjadi diri sendiri. Buku ini memberitahukan hal apa saja yang bukan menjadi hak mu. Salah satunya adalah sudut pandang orang lain. Dibuku ini, penulis menjelaskan bahwa semua orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Semua orang berhak berpendapat, baik itu pendapat yang baik atau pun buruk.

Sebaik dan sehebat apapun kita, pasti orang lain tetap akan  memiliki pendapat yng berbeda tentang diri kita. kita semua bisa saja terlihat buruk di dalam cerita ataupun sudut pandang orang lain. Tinggal hanya kita saja yang akan memperdulikannya atau tidak.

Bila mana kita mendengarkan dan memperdulikan omongan jelek orang lain terhadap kita itu sama saja kita sudah bukan menjadi diri sendiri karena kita pasti berusaha merubah apa yang menurut mereka buruk padahal sebenarnya itu belum tentu benar -- benar  buruk.

Dengan bahasa dan alur yang mengalir membuat buku ini sangat menarik untuk dibaca. Motivasi yang diungkapkan penulis dapat mengubah pola pikir kita kearah yang lebih baik. Membuat yang membaca menjadi lebih mengerti tentang makna hidup. Sangat cocok untuk remaja yang pemikiranya memang masih labil. 

Dari buku ini kita bisa belajar bahwa kita tak perlu mengendalikan apa - apa saja yang tidak berhak kita kendalikan, tak perlu memperdulikan omongan buruk orang lain yang nantinya akan menjadi sebuah kesedihan untuk diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun