Mohon tunggu...
RISKA FEBRIYANTI
RISKA FEBRIYANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Islamic Banking Student at UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Manusia Biasa yang Sedang Berproses

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diaryku: Hidup Ini Tidak Mudah Maka Biasakanlah!

27 April 2021   12:37 Diperbarui: 27 April 2021   16:13 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh hai teman-teman kembali lagi di website artikel saya :D
nah kali ini saya akan membahas tentang diri saya sendiri bisa dibilang biografi lah hehe... Menurut peribahasa tak kenal maka tak sayang maka dari itu cusss mari kita kenalan.


Namaku Riska Febriyanti seorang gadis kecil yang terlahir di Kediri pada tanggal 10 Februari 2002. Terlahir normal tanpa kekurangan apapun Alhamdulillah... Dulu waktu kecil kata orang tuaku suka makan hati waktu mengurus aku karena aku sakit-sakitan dan pernah panas sekali lalu dibawa ke rumah sakit  Kabupaten Pare. Saat aku di rumah sakit kamarku disendirikan dekat dengan kamar jenazah karena waktu itu aku sakit gabak kalau dalam bahasa Jawa dikhawatirkan bisa menular ke pasien yang lain maka dari itu kamarku disendirikan.

Berbagai cara dan upaya dilakukan orang tuaku agar aku bisa sembuh sampai-sampai aku ditanyain mau minta apa biar cepet sembuh? dan aku ingat sekali aku cuman minta kalau sudah keluar dari rumah sakit jalan-jalan naik kereta api nggak tahu ke mana tujuannya yang penting jalan-jalan deh :D maka dari itu aku jadi suka deh sama kereta api sampai sekarang dewasa. Berhubung aku kuliah di Malang jadi makin sering kesempatan buat naik kereta api kalau dulu masih sempit-sempitan sampai nggak dapat tempat sekarang sudah enak sudah bisa booking duluan dan pasti dapat tempat duduk.

Orang tuaku, aku memanggilnya dengan bapak dan ibu. Bapakku bernama Supriyanto dan ibuku bernama Munawaroh. Ibuku hanya bisa bersekolah sampai jenjang SMA, tidak sampai menempuh bangku perkuliahan dikarenakan ibuku paham betul kondisi perekonomian orang tuanya dulu maka dari itu ibuku mengalah untuk bekerja. Tentang bapak katanya sih cuman sampai sekolah lulus SD tapi ibuku sendiri tidak tahu apakah itu sebuah hal yang pasti karena bapakku sebenernya pintar cuman ya mungkin ingin menyembunyikan jati dirinya lah ya aku aja yang anaknya juga nggak tahu dan nggak pernah dikasih lihat ijazahnya wkwk, katanya kalau disuruh ngisi data lulusan SD gitu aja.

Terbiasa bekerja sejak muda hal itulah yang menjadikan ibuku tumbuh menjadi sosok wanita yang mandiri dan kuat, ibuku juga berpesan padaku kalau suatu saat nanti kamu menjadi seorang istri jangan cuma mengandalkan pemberian dari suami walaupun kodratnya wanita menjadi seorang istri namun juga harus bisa menjadi seorang wanita karir minimal bisa membantu perekonomian rumah tangga. Maka dari itu aku sebagai wanita akan berusaha semaksimal mungkin semasa muda mencari pengalaman dan mencoba hal-hal yang baru seperti berjualan kecil-kecilan dan belajar tentang kewirausahaan.Aku dari kecil suka menggambar dulu waktu SD sering diikutkan lomba menggambar antar kecamatan dan nyatanya kemampuan itu tidak muncul begitu saja. Dulu bapakku waktu SD pernah juara 1 lomba menggambar se-kabupaten. Begitu tahu aku diikutkan lomba menggambar bapakku menjadi orang yang sangat aktif untuk mengkritik gambaranku.

Aku banyak belajar tentang kehidupan ini dari orang tuaku. Aku bukan berasal dari keluarga yang keadaan ekonominya baik namun Alhamdulillah masih cukup. Dulu itu yang paling aku inget waktu kecil saat masih susah banget pernah aku, ibu, dan bapak itu makan sama nasi jagung (ampok) kalau dalam bahasa Jawa. Karena waktu kecil aku belum tahu apa-apa kalau ternyata ampok itu lebih murah dan gara-gara tidak ada uang untuk beli beras jadi ya sudah aku makan saja tanpa bertanya kenapa kita lama tidak makan nasi pak,Bu?

Dari kecil aku tidak dibiasakan bersikap manja misalnya mungkin kalau kita kecil dulu suka minta mainan kalau ada bazar. Seperti anak kecil yang lain aku pun sama pernah minta pada ibuku untuk dibelikan namun jarang sekali hampir tidak pernah aku dibelikan mainan saat ada bazar. Yaaa memang dirasakan sebel sih apalagi waktu masih kecil pasti larinya ke kakek atau nenek yang mungkin bisa membelikan mainan gitu kan :) Terlepas dari masa kecil, saat dewasa aku menyadari ternyata ini hal penting yang di edukasi orangtua kepadaku. Tidak memanjakan anak sehingga saat dewasa tidak menjadi kebiasaan, karena dalam mendapatkan sesuatu memerlukan perjuangan yang tidak mudah dan itu menjadi moral value tersendiri bagiku. Sekarang saat dewasa aku jadi tahu oh mungkin ini maksudnya tidak memberikan apa yang aku inginkan tapi memberikan apa yang aku butuhkan. Aku juga masih inget banget waktu kelas 9 SMP teman-temanku sudah punya HP Android dan aku masih pakai HP Mito tombol nya masih ABC :D Aku tidak minta dibelikan HP orang tua karena aku tahu pasti tidak dibelikan maka dari itu aku menabung dan dari uang tabunganku Alhamdulillah aku bisa beli HP Android perdana dengan uang tabunganku sendiri dan itu sudah menjadi kebiasaan ku sekarang kalau aku menginginkan apa-apa itu tidak mudah harus ada perjuangannya terlebih dahulu. :)

Aku suka bernyanyi dan mendengarkan musik. Saat membuat tulisan ini aku juga mendengarkan musik heheh :D tiap orang memang berbeda, ada orang yang ketika belajar atau mengerjakan tugas ada suara bising akan mengganggu konsentrasi. Tapi bagiku tidak, musik merupakan hal yang bisa menenangkan hatiku saat aku senang maupun sedih. Tidak hanya musik, aku juga seneng banget sih explore tempat yang baru. Nahh... main ke alam misalnya pokoknya yang berbau alam ijo-ijo gitu. Wajah alam memang berubah-ubah begitupula pesonanya. Tapi keindahan alam tidak pernah berubah dan selalu membuat siapa saja yang bermain di alam meraskan kesejukan dan ketenangan.

Hidup ini tidak mudah maka biasakanlah, jangan terlalu melihat keatas yang ada hanya sifat iri dan tidak ada rasa bersyukur di hatimu. Tapi lihatlah ke bawah masih banyak orang yang keadaan ekonominya jauh dibanding dengan kita. Maka dari situ kamu akan mengetahui letak bersyukur dalam hatimu. Baikkk.... sekian cerita dari saya teman-teman semoga dapat memotivasi dan bisa diambil hikmahnya, aamiin 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun