Halo teman-teman bertemu lagi dengan saya kali ini. Di situasi pandemic covid-19 saat ini semga teaman-teman selalu berada dalam keadaan yang sehat dan tetap baik-baik saja dimanapun berada. Untuk bahasan kita kali ini  saya akan membahas tentang budaya atau kesenian daerah disekitar lingkungan saya. Budaya menurut seorang antropolog Inggris bernama E.B. Taylor mendefinisikan budaya sebagai hal yang kompleks, termasuk kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan pengetahuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Clark Horn dan Kelly, definisi budaya dalam buku mereka oleh Clyde Kluckhohn dan William Henderson Kelly konsep budaya adalah semua kreasi desain kehidupan yang secara historis eksplisit, implisit, rasional, irasional dan irasional yang ada sebagai panduan potensial di beberapa titik. Budaya adalah mekanisme adaptasi utama manusia. Menurut kakek saya Kebudayaan tercipta karena kebiasaan yang berkembang dan diterima di masyarakat serta berpengaruh pada tatanan kehidupan masyarakat tersebut. Kebudayaan yang berkembang dengan baik dijadikan patokan bagi masyarakat dalam melaksanakan kebiasaan atau adat istiadat.
Nah sekarang teman-teman sudah paham bukan dengan apa itu budaya, kita hidup dalam negara Indonesia negara yang penuh dengan keanekaragaman budaya masing-masing dalam setiap daerah. Dengan banyaknya ragam budaya yang kita miliki menjadikan negara Indonesia kaya akan kebudayaan. Dan kali ini saya akan membahas tentang kebudayaan yang ada disekitar tempat tinngal saya yaitu di Kediri Jawa Timur. Nah diantara kalian pasti sudah ada yang tau kan dengan apa itu kesenian jaranan? Hayo yang rumahnya ada disekitar Kediri dan sekitarnya siapa yang belum pernah melihat pertunjukkan kesenian jarananan secara langsung? Saya yakin deh pasti kalian pernah melihatnya secara langsung dan ada juga loh teman saya yang kadang  ikut ambil bagian menjadi pemain dalam kesenian jaranan ini, keren sekali bukan?
Kesenian Jaranan atau nama lain Kuda Lumping dan Kuda Kepang merupakan kesenian khas Kediri, Jawa Timur.  Kesenian ini berakar dalam dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Kediri, dan kesenian jaranan merupakan suatu bentuk kesenian yang menggambarkan keberanian pasukan berkuda kerajaan membasmi keangkaramurkaan dan  kesombongan. Kesenian jaranan ini menggunakan peralatan menari berupa kuda tenun (kuda yang terbuat dari anyaman bambu), celeng (babi hutan) dan topeng caplokan. Dalam penampilannya, penari kuda kepang akan tampil pertama kali dan menggunakan alat gamelan untuk mengiringi kuda kepang yang menari.
Gerakan tari yang ditampilkan merupakan gerakan dinamis berdasarkan irama pengiring gamelan. Penampilan selanjutnya adalah sosok penari Caplokan dari penari babi hutan atau celeng tersebut, sehingga terjadilah perkelahian antara ketiganya. Menurut kakekku pada puncak tarian, pemain dari kesenian jaranan akan mengalami kerasukan. Kerasukan sendiri ada dua macam yaitu kerasukan yang disengaja dan keraskan yang tak disengaja. Bila kearasukan yang disengaja merupakan kerasukan yang benar-benar terjadi diluar batas kemampuan kita karena mungkin ulah kita yang mengganggu para jin, makhluk halus dalam kehidupan mereka.
Namun dalam kesenian jaranan kesurupan atau keraskan yang di maksud dalam sini adalah suatu hal yang berbeda, kesenian dalam jaranan memang sengaja dilakukan oleh pawang didalam jaranan tersebut untuk mengundang dan bekerja sama dengan para roh, jin, dan makhluk halus agar memasuki tubuh manusia si pemain jaranan dengan tujuan untuk dipetontonkan sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan atraksi luar biasa yang tidak dapat dilakukan oleh orang biasa, atraksi tersebut antara lain makan pecahan kaca, berjalan di atas api, memakan ular sampai habis, memakan kambing, memakan kembang dan lain sebagainya. Penari biasanya didampingi oleh pasangan gambuh yang merupakan pawang pengajaran kesenian, tugas dari pawang ini adalah membuat penari sembuh dari  kerasukan yang dialaminya dan bisa kembali normal seperti sedia kala.
Ruh masuk ke dalam tubuh penari, yang mengingatkan manusia bahwa manusia juga percaya akan keberadaan dunia kehidupan dan alam kehidupan gaib yang tertulis dalam buku-buku agama. Bahwa dunia manusia dan dunia gaib memang benar-benar dan nyata adanya. Di era kerajaan Hindu di Indonesia, harta benda kuda diartikan sebagai simbol keberanian, kekuatan, dan kekuatan yang alami. Ketiga hal inilah yang harus dimiliki manusia. Sekelompok orang juga beranggapan bahwa warna kuda pada "kuda lumping" memiliki arti tersendiri. Sebagaimana merah melambangkan spiritualitas dan martabat, putih melambangkan kesucian jiwa, yang kemudian direfleksikan dalam kelima indera, menghasilkan tindakan yang harmonis. Hitam melambangkan karakter buruk. Beberapa orang juga memaknai puisi dan dialog antar tokoh sebagai sarana untuk mengingatkan orang agar berperilaku dan mengingat Tuhannya sendiri selamanya.
Sepatutnya kita bangga dengan keanekaragaman kebudayaan yang dimiliki oleh negara kita tercinta ini. Kita sebagai generasi milenial di masa sekarang harusnya tidak perlu malu ataupun takut melestarikan kebudayaan ataupun kesenian yang berada disekitar kita. Kalau bukan kita yang melestarikan kebudayyaan ini lalu siapa lagi? Jangan sampai kaena kita malu untuk melestarikan kebudayaan Indonesia hingga akhirnya bisa di claim dengan mudahnya oleh negara lain. mari jaga dan lestarikan kebudayaan kita untuk kita wariskan kepada generasi kita selanjutya! Aku Indonesia, Aku Berbudaya, Aku Berkarya! Sekian dulu artikel dari saya kali ini teman-teman semoga dapat bermanfaat serta dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kebudayaan kita! Sekali lagi jangan malu untuk berbudaya! Berbudaya bukan jadi anak muda yang kuno belaka! Berbudayalah karena kamu bangga dan kamu bisa mengharumkan nama bangsa!Halo teman-teman bertemu lagi dengan saya kali ini. Di situasi pandemic covid-19 saat ini semga teaman-teman selalu berada dalam keadaan yang sehat dan tetap baik-baik saja dimanapun berada. Untuk bahasan kita kali ini saya akan membahas tentang budaya atau kesenian daerah disekitar lingkungan saya. Budaya menurut seorang antropolog Inggris bernama E.B. Taylor mendefinisikan budaya sebagai hal yang kompleks, termasuk kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan pengetahuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Clark Horn dan Kelly, definisi budaya dalam buku mereka oleh Clyde Kluckhohn dan William Henderson Kelly konsep budaya adalah semua kreasi desain kehidupan yang secara historis eksplisit, implisit, rasional, irasional dan irasional yang ada sebagai panduan potensial di beberapa titik. Budaya adalah mekanisme adaptasi utama manusia. Menurut kakek saya Kebudayaan tercipta karena kebiasaan yang berkembang dan diterima di masyarakat serta berpengaruh pada tatanan kehidupan masyarakat tersebut. Kebudayaan yang berkembang dengan baik dijadikan patokan bagi masyarakat dalam melaksanakan kebiasaan atau adat istiadat.Â
Nah sekarang teman-teman sudah paham bukan dengan apa itu budaya, kita hidup dalam negara Indonesia negara yang penuh dengan keanekaragaman budaya masing-masing dalam setiap daerah. Dengan banyaknya ragam budaya yang kita miliki menjadikan negara Indonesia kaya akan kebudayaan. Dan kali ini saya akan membahas tentang kebudayaan yang ada disekitar tempat tinngal saya yaitu di Kediri Jawa Timur. Nah diantara kalian pasti sudah ada yang tau kan dengan apa itu kesenian jaranan? Hayo yang rumahnya ada disekitar Kediri dan sekitarnya siapa yang belum pernah melihat pertunjukkan kesenian jarananan secara langsung? Saya yakin deh pasti kalian pernah melihatnya secara langsung dan ada juga loh teman saya yang kadang ikut ambil bagian menjadi pemain dalam kesenian jaranan ini, keren sekali bukan?
Kesenian Jaranan atau nama lain Kuda Lumping dan Kuda Kepang merupakan kesenian khas Kediri, Jawa Timur. Kesenian ini berakar dalam dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Kediri, dan kesenian jaranan merupakan suatu bentuk kesenian yang menggambarkan keberanian pasukan berkuda kerajaan membasmi keangkaramurkaan dan kesombongan. Kesenian jaranan ini menggunakan peralatan menari berupa kuda tenun (kuda yang terbuat dari anyaman bambu), celeng (babi hutan) dan topeng caplokan. Dalam penampilannya, penari kuda kepang akan tampil pertama kali dan menggunakan alat gamelan untuk mengiringi kuda kepang yang menari.
Gerakan tari yang ditampilkan merupakan gerakan dinamis berdasarkan irama pengiring gamelan. Penampilan selanjutnya adalah sosok penari Caplokan dari penari babi hutan atau celeng tersebut, sehingga terjadilah perkelahian antara ketiganya. Menurut kakekku pada puncak tarian, pemain dari kesenian jaranan akan mengalami kerasukan. Kerasukan sendiri ada dua macam yaitu kerasukan yang disengaja dan keraskan yang tak disengaja. Bila kearasukan yang disengaja merupakan kerasukan yang benar-benar terjadi diluar batas kemampuan kita karena mungkin ulah kita yang mengganggu para jin, makhluk halus dalam kehidupan mereka.Â
Namun dalam kesenian jaranan kesurupan atau keraskan yang di maksud dalam sini adalah suatu hal yang berbeda, kesenian dalam jaranan memang sengaja dilakukan oleh pawang didalam jaranan tersebut untuk mengundang dan bekerja sama dengan para roh, jin, dan makhluk halus agar memasuki tubuh manusia si pemain jaranan dengan tujuan untuk dipetontonkan sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan atraksi luar biasa yang tidak dapat dilakukan oleh orang biasa, atraksi tersebut antara lain makan pecahan kaca, berjalan di atas api, memakan ular sampai habis, memakan kambing, memakan kembang dan lain sebagainya. Penari biasanya didampingi oleh pasangan gambuh yang merupakan pawang pengajaran kesenian, tugas dari pawang ini adalah membuat penari sembuh dari kerasukan yang dialaminya dan bisa kembali normal seperti sedia kala.Â