Mohon tunggu...
Riska Fadilatun Nisa
Riska Fadilatun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo saya Riska seorang Mahasiswa Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan Program Studi Ekonomi Syariah

Selanjutnya

Tutup

Financial

Inflasi di Ambang Krisis: Bagaimana Peran Bank Sentral dalam Menjaga Stabilitas Ekonomi?

13 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 13 Desember 2024   11:45 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

A.PENDAHULUAN
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang memiliki dampak luas terhadap kesejahteraan masyarakat dan stabilitas ekonomi suatu negara. Pada tahun-tahun terakhir, banyak negara menghadapi lonjakan inflasi yang signifikan, yang seringkali dipicu oleh faktor eksternal seperti gangguan pasokan global dan ketegangan geopolitik, serta faktor internal seperti kebijakan fiskal dan moneter yang tidak terkendali (Arifin, 2022). Inflasi yang tinggi dapat merusak daya beli masyarakat, mengurangi investasi, dan menciptakan ketidakpastian ekonomi. Dalam konteks ini, Bank Sentral memiliki peran kunci dalam menjaga stabilitas harga dan mencapai target inflasi yang telah ditetapkan. Namun, tantangan terbesar terletak pada kemampuan Bank Sentral dalam mengelola ekspektasi publik dan memastikan kebijakan yang diambil dapat efektif dalam mengendalikan inflasi tanpa memperburuk kondisi ekonomi lainnya (Wahyudi, 2020).
Topik ini sangat relevan untuk dibahas mengingat dampak inflasi yang semakin dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat, serta pentingnya peran Bank Sentral dalam mengatur kebijakan moneter yang tepat guna mencapai kestabilan ekonomi. Di tengah ekspektasi publik yang sering kali berubah-ubah, Bank Sentral harus memiliki strategi komunikasi yang jelas dan kredibel untuk menghindari ketidakpastian yang dapat memperburuk situasi. Dalam artikel ini, saya berpendapat bahwa meskipun Bank Sentral memiliki alat yang cukup untuk mengelola inflasi, tantangan utama terletak pada kemampuan mereka untuk mempengaruhi ekspektasi pasar dan publik secara efektif. Oleh karena itu, peran komunikasi dan transparansi dalam kebijakan moneter akan sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai target inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.

B.TUBUH ARTIKEL (ISI)
1.Argumen Utama
Inflasi yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir telah memicu kekhawatiran tentang potensi krisis ekonomi. Salah satu faktor utama yang memperburuk situasi ini adalah ekspektasi publik yang sering kali tidak stabil. Sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan moneter, Bank Sentral harus mampu menjaga keseimbangan antara mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi yang lebih luas. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memanfaatkan instrumen kebijakan moneter seperti suku bunga, intervensi pasar, dan komunikasi yang efektif. Namun, meskipun Bank Sentral memiliki alat yang kuat, kendali terhadap ekspektasi pasar dan publik bukanlah hal yang mudah. Ketidakpastian global, seperti fluktuasi harga komoditas dan ketegangan geopolitik, sering kali memperburuk tantangan ini, sehingga mempengaruhi dampak kebijakan yang diterapkan oleh Bank Sentral (Prasetyo, 2021).
2.Pendukung Argumen
Fakta menunjukkan bahwa inflasi yang tinggi bukan hanya masalah angka, tetapi juga masalah persepsi. Ketika publik dan pelaku pasar menganggap inflasi akan terus naik, mereka cenderung melakukan tindakan yang memperburuk inflasi, seperti menaikkan harga atau mengurangi konsumsi. Hal ini menciptakan siklus yang sulit dihentikan. Bank Sentral, melalui kebijakan moneter, dapat memengaruhi ekspektasi tersebut, tetapi tidak selalu berhasil, terutama jika pasar meragukan komitmen dan kredibilitas kebijakan yang diambil (Alimuddin, 2019). Misalnya, dalam periode inflasi yang tinggi pada tahun 2015, Bank Indonesia berhasil mengendalikan inflasi melalui kebijakan suku bunga acuan yang lebih tinggi, meskipun tantangan dari ketidakpastian global dan penurunan harga komoditas tetap ada (Hidayat, 2020).
Contoh lainnya dapat dilihat dalam kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Sentral Eropa selama krisis utang negara-negara Zona Euro. Meskipun menggunakan berbagai kebijakan untuk meredam inflasi dan menstabilkan harga, ketidakpastian mengenai langkah-langkah politik dan ekonomi di negara-negara anggota tetap memengaruhi ekspektasi pasar dan kemampuan Bank Sentral untuk mencapai target inflasi secara efektif (Suryanto, 2022).
3.Analisis
Dalam menganalisis peran Bank Sentral, perlu dilihat bahwa selain instrumen kebijakan moneter yang dapat diambil, aspek komunikasi juga sangat penting. Di era informasi saat ini, kejelasan dan konsistensi dalam komunikasi kebijakan moneter dapat mempengaruhi ekspektasi publik dan pasar. Bank Sentral harus dapat menjelaskan alasan di balik kebijakan yang diambil dan memberikan panduan yang jelas mengenai langkah-langkah berikutnya, terutama dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti. Penelitian oleh Suryanto (2022) menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk atau kurang transparan dapat memperburuk ketidakpastian dan menambah tekanan pada Bank Sentral untuk lebih agresif dalam kebijakan moneter.
Namun, ada juga pandangan yang berbeda. Beberapa ekonom berpendapat bahwa kebijakan moneter yang ketat tidak selalu efektif dalam mengendalikan inflasi, terutama jika inflasi tersebut dipicu oleh faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh kebijakan dalam negeri (Setiawan, 2021). Dalam hal ini, peran Bank Sentral lebih terbatas, dan kebijakan fiskal serta kebijakan lainnya mungkin diperlukan untuk mengatasi dampak inflasi yang lebih luas.
Dengan demikian, meskipun kebijakan moneter adalah alat utama Bank Sentral untuk mencapai target inflasi, faktor eksternal dan ekspektasi publik harus dipertimbangkan dengan seksama. Bank Sentral perlu mengadaptasi kebijakan sesuai dengan kondisi ekonomi global dan domestik yang terus berubah, serta menjaga kredibilitasnya di mata publik untuk memastikan kebijakan yang diambil dapat efektif dalam jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, R. (2022). Kebijakan moneter dan inflasi di Indonesia: Implikasi terhadap stabilitas ekonomi. Jakarta: Penerbit Ekonomi Nasional.
Wahyudi, S. (2020). Peran Bank Sentral dalam mengelola ekspektasi inflasi di tengah ketidakpastian ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Studi Ekonomi.
Alimuddin, A. (2019). Ekspektasi inflasi dan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia. Jakarta: Penerbit Ekonomi Indonesia.
Hidayat, R. (2020). Kebijakan suku bunga dalam menghadapi inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Bandung: Penerbit Ekonomi Pembangunan.
Prasetyo, B. (2021). Stabilitas ekonomi Indonesia dan peran Bank Sentral dalam mengendalikan inflasi. Yogyakarta: Penerbit Ekonomi.
Setiawan, T. (2021). Inflasi global dan dampaknya terhadap kebijakan moneter di negara berkembang. Surabaya: Penerbit Ekonomi Dunia.
Suryanto, D. (2022). Komunikasi kebijakan moneter Bank Sentral dalam menghadapi krisis ekonomi global. Jakarta: Penerbit Ekonomi Global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun