Mohon tunggu...
Riska Dheasari
Riska Dheasari Mohon Tunggu... Administrasi - I cant calm. Im a Scorpio

:)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Secangkir Latte, Senja, dan Sebuah Perpisahan

20 Oktober 2016   19:47 Diperbarui: 21 Oktober 2016   10:07 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Another summer day
 Has come and gone away
 In Paris and Rome
 But I wanna go home……”

Potongan lirik Home - Michael Buble dan secangkir Latte hangat menyambut kedatanganku di sebuah coffee shop sederhana di pinggiran kota Bandung.

Sebenarnya, satu-satunya alasanku datang ke café ini bukanlah karena kopinya, melainkan tempat ini mampu mengahadirkan keindahan senja di bulan Oktober. Beruntung bagiku, mungkin salah satunya adalah hari ini

Aku rasa senja selalu berhasil membawa siapapun yang menikmatinya untuk menghadirkan sisi romantisnya, sisi melankolisnya. Dan, ketika itu terjadi, senja akan menghalau awan-awan, menyajikan lembayung kemudian bagian paling menyenangkan adalah, waktu yang mulai terasa melambat untuk berlalu, namun itu menenangkan.

“Another aeroplane
 Another sunny place
 I’m lucky, I know
 But I wanna go home….”

Bertanya-tanya kepada diriku sendiri tentang kapan ya terakhir kali aku meluangkan waktu menikmati senja seperti hari ini? Tapi, tanpa bisa aku cegah, ternyata arah lamunan ini mampu menuntunku jauh sekali kembali ke sebuah cerita, di masa lalu.

Sebenarnya, untuk menuliskan kembali kisah ini cukup sulit rasanya karena apa yang aku coba tuliskan bukan hanya sekedar apa yang ingin aku sampaikan namun bagaimana perasaanmu ketika kamu (mungkin) membacanya nanti. Dan itu sempat membuatku berpikir satu dua kali.

2015

Kita sama sama tertawa. Sama sama menghela nafas panjang, nafas lega setelah berhasil menyusuri satu senja terbaik di sepanjang jalan Asia Afrika Bandung. Lucu jika aku ingat bagaimana ketidak-sengajaan antara kita  membawa kita ke satu pertemuan untuk pertama kalinya di salah satu cafe di kota Bandung, dan akhirnya menuntun  aku dan kamu ke banyak tingkatan rasa setelahnya.

Meyakini bahwa semua kebetulan yang terjadi di antara kita bukan hanya sekedar kebetulan biasa, melainkan satu skenario Tuhan.. akhirnya, kita memberanikan diri untuk terikat di dalam suatu komitmen, sambil berharap-harap cemas saat itu semoga saja, jarak di antara kita bukan menjadi sesuatu yang mampu menjatuhkan namun, menguatkan.

Ternyata, selain jarak, cara kita berkomunikasi sanggup untuk membawa hubungan ini sampai di tempat tercuram. Kita berada di jaman modern, di mana berkomunikasi bukanlah menjadi hal sulit jika dibandingkan dengan jaman Kakek-Nenek kita muda dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun