Akhirnya, terhitung mulai Selasa 7 Januari 2014 ini harga elpiji 12 kg turun menjadi Rp 82.200 per tabung. Harganya tidak lagi Rp 117.708 per tabung seperti kenaikan yang berlaku di awal tahun ini.Keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga elpiji 12 kg per 1 Januari 2014 membuat banyak pihak kelabakan. Sebelumnya, harga gas elpiji dinaikkan sebesar Rp3.959 per kilogramnya ini namun ternyata dikhawatirkan akan membawa banyak dampak yang akan membuat masyarakat semakin sulit kehidupannya.
Dan akhirnya, Rapat Umum Pemegang Saham PT Pertamina (Persero) yang digelar Senin kemarin, memutuskan merevisi kenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kilogram, dari semula Rp 3.500 per kg menjadi Rp 1.000 per kg, atau Rp 12.000 per tabung.Keputusan ini diumumkan melalui media oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan usai rapat konsultasi dengan sejumlah pejabat penting termasuk Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, serta Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo.
Jadi harga elpiji 12 kg kini adalah Rp 82.200, turun dari Rp 117.708. Keputusan merevisi kenaikan harga elpiji ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero), senin kemarin karena menyikapi protes kenaikan harga elpiji yang dipandang terlalu tinggi.
Harga jual ini berlaku dari Pertamina ke agen elpiji. Harganya di konsumen ada selisih sekitar Rp 10.000-20.000 per tabung, karena ada yang dijual melalui pengecer.
Sebelumnya seperti yang dilansir di beberapa media, Kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram per 1 Januari 2014 membawa dampak. Di Jogjakarta sendiri, salah satu dampaknya adalah naiknya jasa isi ulang tabung gas 3,5 ons. Sebelum ada kenaikan harga elpiji 12 kg, biaya isi ulang tabung gas 3,5 ons Rp4000, setelah ada kenaikan menjadi Rp7000.
Salah satunya, Abraw pelanggan isi ulang gas yang ditemui di sekitaran Jalan Kusumanegara, Sabtu kemarin mengaku naiknya harga isi ulang gas ini membuatnya harus menghemat pengeluarannya.
“Harga pengisian ulang gas naik hampir dua kali lipat. Dulunya Rp4000 naik jadi Rp7000. Satu tabung isi 3,05 ons kalau dipakai buat memasak bisa bertahan hingga 3 hari. Biasanya satu hari buat masak dua sampai tiga kali. Mau beli makan di warung juga harganya naik. Sama saja. Mending masak sendiri saja, sedikit lebih hemat daripada beli di warung,” terang Abraw.
Selain itu, salah satu elemen masyarakat yang khawatir dengan kenaikan harga elpiji adalah mahasiswa rantau. Mahasiswa yang biasa harus memenuhi kebutuhannya sendiri, menggantungkan kebutuhan makannya dengan membeli di warung makan khawatir harga makanan akan naik. Kenaikan harga makanan itu tentu membuat kebutuhan uang saku mereka tidak terjangkau lagi.
“Semoga saja harga makanan bisa tetap murah. Kalau naik ya naiknya dikit aja. Soalnya kan kita (mahasiswa) masih tergantung dari kiriman orang tua. Kalau kiriman tetap jumlahnya tapi harga makanan naik bisa-bisa akhir bulan cuma makan sehari sekali,” ujar salah seorang mahasiswa UNY.
Naiknya harga elpiji 12 kg membuat para penjual makanan di Jogja pusing. Pasalnya, kenaikan harga elpiji membuat mau tak mau para pedagang makanan terpaksa menaikkan harga. Wati, salah seorang penjual dan pemilik warung makan Padang di daerah Banguntapan mengaku bahwa kenaikan harga elpiji membuatnya khawatir. Sebab, sebagian besar pelanggan warungnya adalah kalangan mahasiswa yang kondisi keuangannya pas-pasan.
Selain kalangan mahasiswa dan penjual, sebelumnya, beberapa ibu rumah tangga pun dari yang menggunakan gas elpiji 12 kg kini beralih ke gas elpiji ukuran 3 kg. Di Jogjakarta sendiri harga elpiji 3 kg sebelumnya seharga 15 ribu sekarang naik menjadi 17 ribu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H