Kelapa sawit merupakan salah satu komiditas perkebunan yang memiliki peranan strategis bagi perekonomian Indonesia. Peranan industri kelapa sawit terhadap perekonomian nasional hingga saat ini masih menjadi primadona. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2023 Indonesia menghasilkan 46,99 juta ton kelapa sawit. Kelapa sawit memegang peranan sebesar 83% dari total produksi pada sektor perkebunan Indonesia pada tahun 2023.
Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA), Indonesia juga menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia mampu menghasilkan hingga 46,5 juta ton kelapa sawit dan menjadi penyumbang 59% dari total produksi kelapa sawit dunia. Sejalan dengan tingginya angka produksi kelapa sawit, Indonesia juga menjadi negara eksportir kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia melakukan ekspor kelapa sawit sebanyak 38,23 juta ton ke berbagai negara pada tahun 2023.
Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), kelapa sawit merupakan penyumbang terbesar untuk ekspor non-migas Indonesia. Ekspor non-migas Indonesia pada tahun 2023 sebesar USD 242,87 miliar, dengan sekitar USD 28,45 miliar atau Rp400 triliun berasal dari ekspor lemak dan minyak hewan/nabati, termasuk minyak kelapa sawit. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, pada tahun 2023 sebesar 70% dari jumlah nilai ekspor pertanian Indonesia berasal dari komoditas kelapa sawit.
Komoditas kelapa sawit juga memiliki kontribusi yang besar pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Nilai Produk Domestik Bruto Indonesia pada triwulan II 2024 sudah mencapai Rp5.300 triliun dan komoditas kelapa sawit berkontribusi sebesar Rp193 triliun atau 3,5% terhadap total PDB. Selain itu, berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, kontribusi kelapa sawit terhadap APBN 2023 mencapai kurang lebih Rp88 triliun dengan rincian penerimaan dari sektor pajak sebesar Rp50,2 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp32,4 triliun, dan Bea Keluar sebesar Rp6,1 triliun.
Industri sawit dinilai akan semakin kuat seiring dengan diberlakukannya berbagai upaya dalam mencapai net zero emission (NZE) pada 2050. Kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dalam mendukung pencapaian NZE melalui upaya hilirisasi dan pemanfaatan biomassa. Oleh karena itu, guna mendukung pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan dibentuklah suatu lembaga dengan tujuan untuk menghimpun, mengembangkan, dan menggunakan dana perkebunan kelapa sawit bagi kemaslahatan industri sawit Indonesia yang dikenal dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
BPDPKS telah memberikan pendanaan untuk penelitian dan pengembangan perkebunan kelapa sawit dengan mendanai berbagai riset di bidang kelapa sawit dan pengembangan teknologi informasi guna mendukung sistem informasi kelapa sawit. BPDPKS telah menjalankan berbagai program guna mendukung perkembangan industri sawit, yaitu:
- Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), merupakan program untuk membantu pekebun rakyat memperbaharui perkebunan kelapa sawit mereka dengan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan berkualitas, serta mengurangi risiko pembukaan lahan ilegal.
- Pengembangan dan pemanfaatan bahan bakar nabati, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif bahan bakar minyak (BBM) yang berbasis fosil melalui pengembangan bahan bakar nabati (BBN) berbasis sawit seperti biodiesel dan bahan bakar biohidrokarbon.
- Program Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), merupakan suatu program pengolahan limbah tandan kosong kelapa sawit yang semula tidak berguna menjadi suatu produk yang berharga, seperti bahan baku kertas, arang briket, bioplastik, dan lainnya.
- Program pengembangan sumber daya manusia (SDM), merupakan program untuk menghasilkan tenaga terampil dan kompeten di industri kelapa sawit.
- Program pengembangan sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit, penyediaan sarana dan prasarana bagi pekebun kelapa sawit dapat berupa penyediaan benih, pupuk, pestisida, alat pascapanen dan pengolahan hasil, jalan kebun dan jalan akses ke jalan umum atau pelabuhan, alat transportasi, mesin pertanian, pembentukan infrastruktur pasar serta verifikasi atau penelusuran teknis.
Meskipun beberapa program telah dijalankan dalam rangka mendukung optimalisasi sektor kelapa sawit, program hilirisasi dan diversifikasi produk kelapa sawit masih harus terus dikembangkan. Sektor kelapa sawit Indonesia masih memiliki banyak potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Jika kita bandingkan dengan negara tetangga, industri kelapa sawit Indonesia masih kalah dalam hal diversifikasi produk turunan kelapa sawit dibandingkan dengan Malaysia. Malaysia telah memiliki sekitar 260 produk turunan kelapa sawit.
Malaysia sudah bisa menghasilkan tokotrienol dan tokoferol langsung diekstrak dari sawitnya melalui teknologinya. Selain itu, beberapa daerah di Indonesia sudah mulai mengembangkan pengolahan gula merah dari kelapa sawit. Pembuatan gula merah dari kelapa sawit dilakukan melalui penyadapan nira kelapa sawit dari tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau sedang memasuki tahap peremajaan.
Indonesia juga dapat lebih mengoptimalkan pengelolaan limbah cangkang kelapa sawit menjadi sebuah produk yang lebih bernilai, seperti pengawet makanan atau pengelmusi (emulsifier) melalui penggunaan asap cair. Limbah cangkang kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan arang. Sedangkan lapisan luar (kulit daging) kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk campuran pakan ternak.
Tingginya potensi pada industri kelapa sawit, dapat memberikan keuntungan yang besar bagi Indonesia jika mampu dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan berbagai dukungan baik dari pemerintah maupun dari berbagai lembaga yang berkepentingan dalam memajukan sektor kelapa sawit melalui berbagai kebijakan, penelitian, dan pengembangan teknologi yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H