Mohon tunggu...
Riska Amalia
Riska Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar SMAN 1 PADALARANG

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Wanita Tangguh dari Tanah Rencong

16 Februari 2020   16:02 Diperbarui: 16 Februari 2020   16:15 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : tribunnewswiki.com

Cut Nyak Dhien merupakan pahlawan kemerdekaan nasional kelahiran Lampadang, Aceh tahun 1848. Di kalangan umum, pejuang wanita yaitu R.A Kartini lah yang lebih dikenal karena perjuangannya menegakkan emansipasi wanita. Bahkan, sebagai penghormatan atas jasanya setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini oleh bangsa Indonesia. Namanya juga tertulis di dalam lagu dan buku.

Jauh sebelum emansipasi wanita dikoarkan, Cut Nyak Dhien telah mengaplikasikannya sejak dahulu, yaitu perempuan juga berhak berjuang memanggul senjata, tidak hanya kaum lelaki saja. Ia turun langsung ke medan perang bersama ayah, suaminya yaitu  Ibrahim Lamnga dan para pejuang lainya. Yang membuat saya kagum dengan sosok Cut Nyak Dhien adalah  ia mampu mengobarkan semangat para pejuang Aceh saat mereka kehilangan semangat karena Masjid Besar Aceh dibakar oleh Belanda.

Meninggalnya Ibrahim Lamnga membuat Cut Nyak Dhien semakin bertekad untuk selalu melawan kafir penjajah yang telah menewaskan ayah dan suaminya. Dua tahun setelahnya, Cut Nyak Dhien dilamar oleh Teuku Umar. Namun, lamaran itu akan ia terima dengan syarat ia diperbolehkan untuk ikut serta turun ke medan perang. Hal ini membuktikan begitu kuat tekad dan pendiriannga demi memperjuangkan bangsa ini.

Seiring bertambahnya usia, kondisi kesehatannya semakin melemah ditambah lagi penglihatannya mulai rabun. Karena kondisinya itu, ia berhasil ditangkap oleh Belanda dan akhirnya dibuang ke Sumedang. Saya semakin kagum dengan sosok Cut Nyak Dhien ini karena dalam pengasingannya itu, ia tetap memiliki keteguhan hati dengan taat beragama, ia pun masih sempat mengajarkan agama islam hingga membuatnya disebut "Ibu Perbu". Cut Nyak Dhien menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 6 November 1908.

Hal yang bisa dipetik dari sosok Cut Nyak Dhien ini, bahwa sebagai wanita haruslah kita memiliki pendirian yang kuat, tegas dan berani. Perjuangkanlah apa yang sepatutnya perlu kita perjuangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun