Mohon tunggu...
Riskaa Hijiriah
Riskaa Hijiriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Jurnalistik FISIP UNIB

saya adalah seseorang yang antusias dalam membaca hal-hal baru di sosial media. Saya selalu mencari informasi terkini dan pengetahuan yang relevan melalui platform-platform sosial media. Selain itu, saya juga senang berbagi informasi menarik yang saya temukan kepada orang lain. Sebagai contoh, saya aktif dalam membagikan artikel-artikel bermanfaat atau fakta menarik melalui akun sosial media pribadi saya. Saya percaya bahwa dengan terus memperluas wawasan melalui membaca hal-hal baru di sosial media, saya dapat terus berkembang dan tetap relevan di era informasi digital ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Konvergensi Media pada Aktivitas Digital Jurnalistik

9 Desember 2023   18:32 Diperbarui: 9 Desember 2023   18:52 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konvergensi media dalam aktivitas jurnalisme digital membawa perubahan signifikan dalam cara penyajian dan konsumsi informasi. Teori terkait adalah teori konvergensi media Henry Jenkins. Teori ini menekankan kolaborasi antara media tradisional dan media baru serta partisipasi aktif pemirsa.Konvergensi media telah membawa dampak signifikan pada aktivitas jurnalistik digital. Konvergensi media mengacu pada integrasi media melalui digitalisasi, yang memungkinkan produksi dan distribusi berita multiplatform, penceritaan multimedia, dan model jurnalisme partisipatif. 

Dampaknya meliputi perubahan dalam praktik ruang berita, penggunaan media, dan keragaman konten. Konvergensi media memungkinkan jurnalis untuk memanfaatkan berbagai platform digital dan media sosial untuk menyampaikan informasi kepada publik. Namun, hal ini juga menimbulkan kontroversi terkait berkurangnya keragaman konten dan kebutuhan pelatihan tambahan bagi para jurnalis. Dalam konteks saat ini, konvergensi media terus berlanjut dengan perkembangan teknologi informasi, menuntut para jurnalis untuk terus beradaptasi dan menguasai berbagai platform media.

Dalam konteks ini, kita dapat melihat bahwa konvergensi media memungkinkan jurnalis untuk mengintegrasikan berbagai elemen seperti teks, gambar, dan video ke dalam berita mereka. Teori ini menekankan pentingnya menciptakan pengalaman multimedia yang lebih kaya bagi pembaca. Teori spiral of slience juga dapat diterapkan untuk memahami dampak konsentrasi media terhadap pembentukan opini publik. Karena platform digital memberikan ruang bagi beragam opini, teori ini mengeksplorasi bagaimana konvergensi media dapat mematahkan kendali penuh opini dan memberikan suara kepada kelompok yang sebelumnya diabaikan. 

Namun, harus diakui bahwa konvergensi media juga membawa tantangan terkait validitas informasi dan gencarnya berita palsu. Teori filter Bubble yang diajukan oleh Eli Pariser menjelaskan bagaimana algoritme personalisasi membatasi paparan terhadap pandangan yang selaras dengan keyakinan pengguna, sehingga menciptakan ruang gema digital. Penting bagi jurnalis untuk memahami bagaimana algoritma dan personalisasi konten dapat membentuk persepsi audiens, menciptakan "filter bubble," di mana orang hanya terpapar pada pandangan yang mereka setujui. Oleh karena itu, konvergensi media tidak hanya tentang menciptakan narasi multimedia, tetapi juga mengelola dampak sosialnya terhadap masyarakat.

Dalam konteks saat ini, teori-teori ini berpendapat bahwa konvergensi media tidak hanya memberikan peluang bagi inovasi dalam penyajian berita, namun juga menantang perkembangan media, seperti pembentukan opini yang terfragmentasi dan tantangan terhadap
kelangsungan informasi yang akurat. Oleh karena itu, para praktisi jurnalisme perlu menggabungkan pemahaman teoretis dan keterampilan adaptasi cepat untuk merespons dinamika kompleks era konvergensi media. Konvergensi media dalam aktivitas digital jurnalis menghadirkan paradoks menarik antara kemudahan akses dan kompleksitas tugas. Di satu sisi, integrasi teknologi mempermudah jurnalis menyajikan cerita dengan cara yang lebih kreatif dan menyeluruh, melibatkan audiens secara lebih mendalam melalui berbagai media.

Namun, di sisi lain, kemudahan ini membawa tantangan signifikan. Banjir informasi dan cepatnya perubahan teknologi memerlukan adaptasi yang cepat dari jurnalis. Mereka tidak hanya harus memahami tren media baru tetapi juga memiliki tanggung jawab besar untuk
memastikan keakuratan dan integritas informasi dalam era di mana desinformasi dapat menyebar dengan cepat. Selain itu, konvergensi media memperumit peran jurnalis sebagai penjaga gerbang informasi.

Dalam dunia yang terhubung secara digital, pertanyaan etika muncul seputar privasi, keberlanjutan, dan dampak sosial dari berita yang disajikan. Jadi, peran konvergensi media dalam aktivitas digital jurnalis tidak hanya tentang menciptakan konten yang menarik tetapi juga tentang menjaga integritas jurnalistik dan membimbing audiens melalui kompleksitas informasi digital dengan bijak. Kesadaran akan perubahan ini dan komitmen terhadap etika jurnalistik tetap krusial dalam menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh konvergensi media.

Penulis : Riska Hijiriah || Mahasiswa S1 Jurnalistik FISIP UNIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun