Mohon tunggu...
Riska Nur hanifah
Riska Nur hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

Riska Nur Hanifah adalah seorang mahasiswa di UIN Raden Mas Said Surakarta, yang tengah menempuh pendidikan di bidang Bimbingan dan Konseling Islam. Selain menjalani peran sebagai mahasiswa, Riska juga dikenal sebagai seorang aktivis yang aktif dalam berbagai organisasi, baik di dalam maupun di luar kampus. Keterlibatannya dalam organisasi tersebut mencerminkan komitmennya untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungannya. Di sela-sela kesibukan akademis dan organisasinya, Riska menyalurkan hobinya dalam membaca, menulis, memasak, dan traveling. Dia selalu bersemangat mencoba hal-hal baru, yang menambah wawasan dan pengalamannya. Kecintaannya pada literasi dan kuliner seringkali membawa Riska ke berbagai tempat, mencicipi berbagai budaya, dan menulis tentang perjalanannya. Selain itu, Riska memiliki minat khusus dalam isu-isu gender dan kesehatan mental. Dia sering menulis artikel dan esai yang mengangkat kedua topik tersebut, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat. Tulisan-tulisannya memberikan pandangan yang mendalam dan edukatif, serta mendorong diskusi konstruktif di kalangan pembacanya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cacat Logika Stigma Gender: Ancaman Nyata terhadap Nyawa dan Kesejahteraan

13 Juni 2024   18:11 Diperbarui: 13 Juni 2024   18:22 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Stigma dan diskriminasi gender merupakan masalah serius yang tidak hanya merusak tatanan sosial, tetapi juga menimbulkan cacat logika yang berbahaya. Ketika masyarakat menetapkan stereotip berdasarkan gender, mereka menciptakan lingkungan yang tidak adil dan merugikan individu. Stereotip ini sering kali digunakan untuk membenarkan perlakuan diskriminatif, yang pada gilirannya dapat membahayakan nyawa seseorang.

Salah satu contoh nyata adalah dalam konteks kesehatan. Perempuan sering kali diabaikan dalam penelitian medis, sehingga gejala penyakit yang mereka alami tidak selalu diakui atau ditangani dengan tepat. Misalnya, serangan jantung pada perempuan dapat memanifestasikan gejala yang berbeda dibandingkan pada laki-laki, tetapi bias gender dalam diagnosis sering kali menyebabkan keterlambatan dalam pengobatan. Hal ini menunjukkan cacat logika yang berbahaya, di mana kesehatan seseorang dipertaruhkan karena asumsi gender yang salah.

Selain itu, diskriminasi gender juga berdampak signifikan pada kesehatan mental. Tekanan sosial untuk memenuhi peran gender tradisional dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Laki-laki, misalnya, sering didorong untuk menekan emosi mereka dan tidak mencari bantuan, yang dapat berujung pada masalah kesehatan mental yang serius atau bahkan bunuh diri. Demikian pula, perempuan yang menghadapi diskriminasi dan kekerasan berbasis gender sering kali merasa tidak aman dan tidak berdaya, yang mengurangi kualitas hidup mereka dan dapat mengancam keselamatan mereka.

Di tempat kerja, diskriminasi gender menghalangi potensi individu dan merusak kesejahteraan mereka. Perempuan mungkin menghadapi hambatan untuk mencapai posisi kepemimpinan atau mendapatkan upah yang setara dengan laki-laki. Diskriminasi ini bukan hanya masalah keadilan, tetapi juga dapat mengakibatkan stres kronis dan masalah kesehatan jangka panjang.

Cacat logika yang timbul dari stigma dan diskriminasi gender adalah ketidakmampuan untuk melihat individu sebagai manusia yang utuh dan setara. Stereotip dan prasangka ini menciptakan lingkungan yang merugikan semua orang, menghambat perkembangan sosial, dan menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan dan keselamatan individu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengatasi dan menghilangkan stigma serta diskriminasi gender untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun