Mohon tunggu...
Riska Yuliyanti
Riska Yuliyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa perbankan syariah yang memiliki ketertarikan mendalam pada dunia kreatif, terutama di bidang fotografi dan tipografi. Antusias dalam mengeksplorasi teknik editing untuk menyampaikan pesan melalui gambar dan teks.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Makna dalam Warna Pink dari Maskulinitas Menjadi Feminitas

30 Oktober 2024   08:40 Diperbarui: 30 Oktober 2024   14:53 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Pinterest.com

Seringkali warna pink diidentikkan untuk perempuan dan sekarang ini telah menjadi fenomena budaya global bahkan termasuk dalam gaya hidup. 

Hal tersebut muncul dari akibat paradigma masyarakat yang menilai bahwa warna pink lebih tepat untuk menginterpretasikan feminitas dari perempuan daripada menunjukkan maskulinitas nya laki-laki dan diperkuat pula oleh perkembangan kultur pop yang terletak pada karya grafis dengan menggunakan tema warna pink namun bersifat provokatif, ambigu, sindiran dan parody.

 Jika dilihat dari kaca mata pandang sekarang ini,terdapat tren pada busana atau kepemilikan barang yang berwarna pink atau yang biasa disebut coquette dan berangkat dari situ makin banyak pula kecenderungan anak muda bahkan orang dewasa terkhususnya perempuan menggunakan tema coquette tersebut termasuk pula dalam penyediaan kebutuhan anak oleh orangtua yang cenderung pada warna pink daripada warna lainnya.

 Perkembangan tren tersebut dapat disebabkan oleh aspek budaya yang dimana mempengaruhi gaya hidup seseorang, karena aspek budaya dapat menjadi sangat penting tentang bagaimana seseorang memandang dalam pemaknaan warna pink dengan sifat feminitas nya. 

Selain itu, terdapat pula konstruksi social yang membentuk feminitas warna pink tersebut dan memunculkan apresiasi yang berbeda dari masyarakat kepada laki-laki yang menggunakan warna pink, menurut mereka laki-laki yang menggunakan warna pink cenderung diapresiasi negative dan terdapat anggapan seperti orang gay atau transgender.

Berbeda dengan perempuan yang dianggap suatu hal yang wajar jika menggunakan warna pink, dampak dari hal ini membuat warna pink cenderung direpresentasikan sebagai sesuatu yang bersifat feminim. 

Stereotipe masyarakat mengenai feminitas dalam warna pink perlu dihilangkan sebab jika menelisik lebih dalam yang sebetulnya sedang terjadi sekarang ini merupakan pergeseran atau perubahan dari makna maskulinitas ke feminitas dalam warna pink. 

Proses pergeseran tersebut mulai terjadi pada saat Perang Dunia I dan II setelah banyaknya dominasi warna-warna yang muncul sebagai symbol dari Negara atau atribut militer mereka yang dimana biasanya mengarah pada sifat maskulin guna menciptakan semangat perjuangan.

Sehingga seharusnya persepsi dari masyarakat itu harus diubah agar dapat menyelaraskan kesetaraan gender dalam warna tanpa adanya symbol khusus bagi laki-laki yang menggunakan warna pink sebagai transgender.

Warna pink sebelum dianggap tabu sebagai karakter maskulinitas, sebelumnya pada pertengahan tahun 1950an warna pink lebih sering ditemui pada laki-laki bahkan banyak mendominasi di berbagai produk gaya hidup di era tersebut dan sampai berpengaruh pada perkembangan budaya konsumtif masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun