Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Perdamaian dalam Keberagaman

2 Agustus 2016   22:33 Diperbarui: 2 Agustus 2016   22:49 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Indonesia - growmediasite.wordpress.com

Bagi masyarakat yang hidup di daerah konflik, perdamaian tentu menjadi hal yang sangat diharapkan. Hidup damai, tidak ada kekerasan, tidak ada kebencian antar sesama. Yang ada rasa saling mengisi, saling membantu, dan menghargai. Hidup dalam kedamaian, akan membuat nyaman beraktifitas. Aktifitas ini tidak hanya bekerja, atau menghabiskan waktu dengan keluarga, tapi juga dalam hal beribadah. Lho, bukankah beribadah itu tidak mengganggu orang lain? Apakah ada larangan beribadah? Faktanya, kekerasan atas nama agama masih sering terjadi di negeri ini.

Karena itulah pentingnya menjaga perdamaian. Bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan semua orang. Bayangkan apa yang terjadi, ketika tiba-tiba Anda bisa beribadah di tempat ibadah, namun tak lama kemudian tempat ibadah yang biasa Anda gunakan beribadah disegel atau dibakar, tanpa alasan yang jelas. Suka tidak suka, hal semacam itu masih terjadi di Indonesia. Peristiwa terbaru yang terjadi adalah pembakaran tempat ibadah di Tanjangbalai, Sumatera Utara. Hal semacam itu seharusnya sudah tidak terjadi lagi.

Kekerasan yang mengatasnamakan agama, sering terjadi akibat provokasi kelompok tertentu. Namun, yang sering terjadi pula saat ini adalah, kekerasan yang mengatasnamakan agama yang sering dilakukan oleh kelompok radikal dan terorisme. Mereka sering berteriak takbir, tapi tak lama meledakkan diri. Mereka sering melakukan jihad, tapi sayangnya dilakukan dengan cara-cara yang melanggar agama. Lagi-lagi, hal semacam ini seharusnya sudah tidak terjadi lagi.

Ingat, Indonesia adalah negeri yang menjunjung tinggi Pancasila. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menandakan bahwa setiap warga negara bisa memeluk dan beribadah, sesuai dengan agama dan keyakinannya. Artinya, agama merupakan dasar dari segalanya. Kemudian dilanjutkan dengan sila kedua, yang memanusiakan manusia. Disini semua orang bisa saling menghormati, menghargai, tidak ada lagi kebencian dan kekerasan.

Dalam sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia merupakan perwujudan dari keutuhan sebuah negara. Keutuhan ini dimaknai tidak ada kekerasan yang bisa mengganggu stabilitas. Jika ada perbedaan, bisa diselesaikanmelalui sila keempat melalui musyawarah. Jika semua orang bisa melakukan itu semua, endingnya adalah sila kelima, bahwa kesejahteraan merupakan milik semua rakyat. Implementasi dari lima sila ini sebenarnya mengarah pada perdamaian, dengan tetap menghargai perbedaan. Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.

Dan menjadi tugas kita semua, untuk selalu menjaga perdamaian diatas muka bumi ini. Apalagi, Rasulullah SAW juga menyarankan, agar semua muslim aktif dalam menyebarkan perdamaian. Ingat, menjunjung perdamaian bukan berarti harus menjadi pejuang di medan perang, bukan harus menjadi jihadis di daerah konflik. Menjaga perdamaian bisa dilakukan dengan cara yang sederhana. Misalnya dengan cara selalu tersenyum kepada siapa saja. Melalui senyuman bisa menyejukkan semua orang. Atau bisa juga dengan menjaga lisan kita dari kata-kata kotor, untuk meminimalisir kebencian di masyarakat.

Ya..menjaga perdamaian itu seharusnya bisa dilakukan dengan cara sederhana. Bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dengan menjaga perdamaian, keberagaman yang menjadi karakter negeri ini akan bisa terjaga. Paham-paham kekerasan yang mengganggu masyarakat kita, diharapkan pelan-pelan bisa terkikis. Mari aktif menyebarkan pesan damai, dimulai dari diri kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun