Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maulid Nabi dan Toleransi

19 September 2024   14:40 Diperbarui: 19 September 2024   14:45 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan Maulid Nabi - detik.com

Di negara kita sebenarnya banyak contoh toleransi yang bisa kita contoh. Di Jawa Tengah misalnya saat idul fitri banyak warga yang saling bersilaturahmi baik dari sesama warga beragama Islam, Kristen dan Budha yang banyak dianut di sana. Tepatnya di dusun tekelan, desa batur kecamatan getasan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Dusun ini dihuni oleh 700 warga dengan tiga agama itu.

Di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Yogya juga begitu. Beberapa dusun atau desa punya warga yang memeluk agama Islam, Kristen dan Katolik dan mereka saling bantu dan saling menghargai.

Fenomena toleransi yang paling menonjol banyak ada di pulau Bali. Pulau yang mayoritas beragama Hindu itu banyak sekali ditemukan sikap bertoleransi yang harus kita contoh. Pada banyak Idul Fitri, kadang bersamaan waktunya dengan perayaan hari Nyepi dimana  setiap orang dilarang untuk bepergian, bersuara dll, sehingga secara normal di wilayah itu Idul Fitri tidak bisa dirayakan. Namun yang terjadi adalah umat Islam boleh melakukan salat Ied di beberpa lapangan di Bali, namun tidak diperkenankan untuk melakukan keramaian semisal memakai pengeras suara. Setelah salat Ied di lapangan, setiap umat Islam kembali ke rumah masing-masing dan merayakan idul fitri di rumah masing-masing. Keesokan harinya, saat nyepi sudah usai, mereka bisa merayakan Idul Fitri selayaknya dia merayakan dengan keluarga dan handai taulan.

Islam juga ajaran bertoleransi. asulullah SAW bersabda, inni ursiltu bi hanafiyyat samhat. "Aku diutus dengan membawa ajaran yang lurus yang bercirikan kelapangan (toleransi)". Lebih tegas lagi, Rasulullah SAW menyatakan, ahabb al-din ila Allah al-hanafiyyat al-samhat. "Agama yang disukai Allah SWT adalah yang lurus, lagi lapang/toleran". Sabda Nabi itu adalah bukti bahwa Islam mengajarkan sikap toleran terhadap berbagai perbedaan.

Teladan bertoleransi  yang ditunjukkan oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW  sangat nyata ketika menetap di Madinah. Rasulullah SAW mendapati fakta bahwa Madinah adalah kota yang majemuk, baik agama maupun suku-suku yang tinggal di dalamnya. Kemajemukan itu dapat menjadi sumber persoalan dan rentan konflik.

Karena itu kemudian Rasulullah SAW membuat suatu regulasi yang dapat mendamaikan dan menyatukan keberagaman itu. Regulasi itu disebut Piagam Madinah yang diyakini kemudian menginspirasi perjanjian antar bangsa seperti Piagam United Nations (PBB) dan Magna Charta.

Karena itulah kita sangat menghargai keberagaman dan menjunjung toleransi. Keberadaan Rasulullah SAW memberikan inspirasi besar bagi kita semua , seluruh bangsa. Kita harus meneladani sifat dan sikap Rasulullah SAW itu.  Selamat hari Maulid Nabi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun