Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perundungan, PR Kita Semua

2 Mei 2024   23:27 Diperbarui: 2 Mei 2024   23:33 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Anak Nasional memang masih jauh (diperingati pada tanggal 23 Juli) Namun jangan lupa, ada peringatan hari pendidikan Nasional yang diperingati setiap 2 Mei  terkait erat dengan anak-anak, karena sebagian besar anak-anak di Indonesia mengenyam pendidikan. Hanya sebagian kecil karena beberapa sebab,  misalnya keadaan geografis, masalah ekonomi sampai budaya.

Mungkin sebagian anak kini sudah mencapai haknya dan merasa bahagia. Dengan sekolah mereka. Didukung oleh keluarga dan lingkungan sekolah dan sekitar yang juga baik. Namun dunia pendidikan kita tidak secermelang itu. Ada sebagian anak yang tidak merasa nyaman dengan lingkungan sekolah.

Buruknya lagi, seringkali pihak sekolah seakan menutup diri jika hal itu terjadi di lingkungan sekolahnya. Mereka sering tidak mau berkomentar jika ditanya oleh media. Tidak itu saja. Mereka bahkan melarang pihak keluarga untuk menceritakan kasus itu ke pihak lain. Ini tentu menyedihkan kita semua apalagi terjadi berulang-ulang.

Pernah ada kasus di Tasikmalaya, Jawa Barat. Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun meninggal di RSUD Singaparna Medika Citrautama (SMC) karena depresi berat. Anak itu menderita depresi karena mendapat perundungan dari teman-temannya untuk melakukan perbuatan tidak senonoh pada seekor kucing. Perbuatan dalam keadaan terpaksa itu direkam dan kemudian disebarluaskan ke media sosial.

Betapa hancur hati anak itu dan keluarganya sehingga dia jatuh sakit dan kemudian meninggal. Jika kita ada pada posisi keluarga anak itu , kita akan paham bahwa perbautan dibawah tekanan atau paksaan, di luar akal sehat itu. Herannya lagi itu diinisiasi oleh anak-anak dibawah umur terhadap tekanan.

Beberapa ahli mengatakan bahwa peristiwa itu sangat memilukan. Seorang anak mengalami depresi dan kemudian sampai meninggal berarti hal itu sangat berat. Ahli juga menilai bahwa kasus-kasus seperti itu (Perundungan) masih jadi Pekerjaan Rumah bagi dunia pendidikan, dan keluarga di Indonesia.

Para ahli juga mengatakan bahwa kasih sayang orang tua dan perhatian dari sekolah (terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama).  Banyak orangtua tidak paham bahwa kasih sayang diberikan bukan hanya mencukupi soal fisik saja, tapi juga batin berupa perhatian dan kemauan ortu untuk mendengarkan keluhan anak mereka. Dengan begitu orangtua bisa paham apa-apa yang menjadi potensi-potensi positif maupun negatif.

Pihak sekolah juga tidak hanya memberi tekanan-tekanan berupa tugas dan tuntutan prestasi tapi juga hendaknya pemahaman bahwa tidak selamanya lingkungan pendidikan itu bebas dari perundungan.

Ini memang PR bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun