Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kelola-lah Keinginan Sebaik Mungkin

13 Maret 2024   05:06 Diperbarui: 13 Maret 2024   05:09 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika berkenan, kita mengingat dua bulan ini kita berada di bulan toleransi. Pada bulan Februari, kita memperingati dua hari besar agama sekaligus yaitu Isra miraj yaitu peringatan Nabi Muhammad SAW ke langit ke tujuh dalam satu malam. Hal ini kemudian diikuti dengan kewajiban salat lima waktu untuk umat Islam. Isra Miraj membuat kita kian teguh percaya dan patuh kepada Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah.

Sedangkan Imlek adalah tahun baru dalam sistem peninggalan China yang banyak dianut oleh orang-orang pemeluk Kong Hu Chu. Meski sebenarnya, imlek dirayakan secara kultural oleh seluruh keturunan China di seluruh dunia.

Pada bulan ini (maret) kita kembali melihat dua hari penting kembali nyaris bersamaan bahkan bersamaan. Yaitu hari raya Nyepi dan permulaan puasa bagi umat islam yang muhammadiah, dan esoknya permulaan puasa NU dan versi pemerintah. Di beberapa tempat dimana umat Hindu berada di lingkungan muslim (bukan Bali) , unsur toleransi sangat kuat.

Memang berbeda dengan Nyepi yang dijalankan dalam keheningan, ibadah dan perayaan Ramadan seringkali berlangsung tanpa henti, terutama di malam hari dengan shalat tarawih dan tadarus Al-Quran. Tetapi dua ajaran agama tersebut mengajarkan untuk menahan diri. Nyepi dan Puasa mengajarkan bagaimana manusia mengelola ego, kemauan dan kehendak.

Kita juga harus toleran dan biasa melihat perbedaan keputusan antara Muhammadiyah dan NU yang memulai ibadah puasa pada waktu yang berbeda. Tapi perbedaan itu tentu tidak menyurutkan kebersamaan seluruh umat muslim di Indonesia.

Rusaknya hubungan antara kelompok atau bahkan antara agama di Indonesia, hakekatnya adalah karena masing-masing pihak tidak bisa mengelola keinginan atau apa yang mereka sukai / puja. Jika itu terjadi maka fanatisme akan terjadi dan intoleransi akan tumbuh dengan subur.  

Kerusakan umat manusia adalah dimulai dengan mereka tidak bisa mengelola keinginan mereka. Merasa dirinya lebih berhak dan lebih benar dari yang lain. Manusia menjadi superior di hadapan yang lain. Padahal ketika manusia menjadi lapar dan haus, membuktikan sesungguhnya manusia itu lemah. Manusia sangat tergantung kepada makanan. Jika manusia itu lemah buat apa mereka merasa diri sombong terhadap yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun