Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Waspadai Benih-benih Konflik

6 September 2022   22:18 Diperbarui: 6 September 2022   22:51 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita tahu ISIS bukan ?  Apa yang ada di benak kita soal oposan di Suriah bentukan Abu Bakar al Bagdadi itu?

ISIS di benak kita mungkin identic dengan kekerasan. Kita ingat sekitar satu decade lalu ISIS sangat gencar mengajak para simpatisan (khususnya umat Islam) untuk berjuang di jalan Allah. ISIS memang oposan utama pemerintahan Bashar al Assad yang merupakan penerus Hefedz al Assad . Bashar dikenal sebagai pemimpin otoriter yang berkuasa atas sSuriah lebih dari 30 tahun.

Saat itu memang ada beberapa penyebab perlawanan terhadap Assad, diantaranya adalah kesenjangan sosial antar masyarakat di Suriah. Kaum kaya dan miskin sangat tidak seimbang. Kedua adalah distribusi pangan dan tingkat pengangguran di masyarakat yang tinggi. Karena itu ISIS hadir sebagai salah satu oposan (terkuat) diantara yang lain dengan menghadirkan utopia (mimpi) terwujudnya negara Suriah yang berdasar syariat islam.

Perkembangan selanjutnya radikalisme yang dilakukan oleh ISIS menjadi kekahwatiran banyak negara di dunia. Perkembangan selanjutnya sampai ISIS bisa dipukul mundur dan bubar bisa dibaca dalam sejarah.

Hal layak dicatat dari cerita di atas adalah kekerasan dengan banyak bentuk dan motif lahir dari konflik dua atau tiga pihak. Contoh di atas adalah kebijakan Assad yang akhirnya berkonflik  dengan beberapa oposan diantaranya adalah ISIS. Konflik itu berkembang pesat dan melahirkan kekerasan (perang) atas nama agama yang melibatkan banyak orang dari seluruh dunia. Alih-alih mereka berjuang atas nama agama, namun ternyata hanya dimanfaatkan oleh ISIS untuk merebut kekuasaan dari pemerintah resmi Suriah yaitu Assad.

Konflik Suriah sebenarnya tidak dapat terlepas dari fenomena Arab Spring yang mulai muncul tahun 2010 di Timur Tengah. Arab Spring merupakan gelombang gerakan revolusioner yang disebabnya banyaknya pemerintah bercorak otoriter di Kawasan Timur Tengah.

Dampak konflik Suriah yang berlangsung lebih dari 8 tahun menyebabkan dampak besar bagi masyarakat Suriah sendiri maupun dunia internasional. Dampak paling nyata yang berawal dari konflik Suriah adalah munculnya gerakan Islam radikal divbeberapa negara yang terhubung informal dengan ISIS (melalui simpatisan dll)

Dari sini kita sebenarnya bisa belajar bahwa konflik dan benih-benihnya adalah ekosistem yang baik bagi tumbuhnya kelompok radikal dan terorisme. Proses saling membenturkan antar kelompok terutama dengan mengkaitkan dengan agama sangat rentan untuk satu masyarakat. Jangan sampai Indoensia terperdaya oleh benih-benih ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun