Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keresahan Malala, Kita, dan Taliban

26 Agustus 2021   14:27 Diperbarui: 26 Agustus 2021   14:38 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.malala-youzafzai.com

Masih ingat Malala Yousafzai ? Banyak yang tahu saat wanita ini masih bocah dan berhasil merebut Nobel Perdamaian PBB pada tahun 2014 bersama dengan Kailash Satyarthi dari India yang memperjuangkan hak anak-anak dan pemuda. Saat itu Malala masih berusia 17 tahun dan Kailash berusia 60 tahun.

Apa yang istimewa dari Malala. Bagi dunia, Malala seorang Pasthun adalah sosok bocah yang luarbiasa. Saat itu dia hidup bersama keluarganya yang mengelola sebuah sekolah di distrik Swat, Pakistan. Ayahnya mengusahakan banyak bocah putri untuk bersekolah dan menjadi pintar. 

Putrinya, Malala yang awalnya bercita-cita menjadi seorang dokter sanngat pintar menulis dan menuliskan banyak sekali kisah kehidupan mereka di wilayah itu terutama karena mereka ditekan oleh Taliban. Malal saat itu menulis blog di laman BBC dengan nama samaran dan bercerita dengan rinci bagaimana Taliban membuat suasana para kanak-kanak yang berusaha bersekolah menjadi tidak nyaman. Tulisan-tulisan malala di BBC membuat gusar para Taliban.  

Taliban sendiri banyak beroperasi di Afganistan bagian Selatan dan Pakistan termasuk di daerah Swat. Taliban yang sangat konservatif, jauh dari dunia pendidikan dan kemajuan visi modern terkukung dengan perng dan suasana agama yang konservatif. Mereka tidak mengenal pendidikan untuk para wanita dan anak-anak. Sejak kecil mereka hanya dikenalkan dengan agama dan perang.

Pada suatu siang di Oktober 2012, Malala ditembak Taliban di leher dan dua pelurunya nyaris menyentuh otaknya. Dia dioperasi di Inggris dan kemudian keluarganya pindah di Birmingham Inggris. Dua tahun kemudian dia memperoleh Nobel seperti yang diceritakan di atas. Sejak saat itu Malala mengkampanyekan perjuangan bagi pendidikan kaum anak-anak dan ham bagi mereka ke seluruh dunia.

Saat ini Malala telah berumur 24 tahun dan perkembangan Taliban  yang menang di Afganistan membeuatnya resah. Tentu saja kita bisa mengerti, bahwa keresahannya bukan soal agama karena sebenarnya agama yang dianut Malala dan keluarganya adalah Islam Sunni dan Taliban juga Islam.

Yang membuat Malala resah adalah visi Taliban soal kehidupan masyarakatnya. Meski dalam banyak kesempatan pemimpin Taliban mengemukakan bahwa mereka akan mendukung bagi perempuan untuk memperoleh pendidikan dan berkiprah bagi kemajuan bangsa, namun track perlakukan Taliban kepada perempuan anak-anak sangat kejam. Pendek kata, sejarah sudah mencatat bahwa para wanita dan anak-anak  diperlakukan secara tak baik oleh Taliban. Banyak kisah memilukan soal mereka.

Bisakah kita menangkap keresahan Malala ini ? Atau kita malah merasa simpati pada Taliban ? Taliban yang belum bisa membuktikan nasib banyak jiwa anak-anak dan wanita bisa lebih baik di era mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun