Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Narasi Jangan Memecah Belah

6 November 2020   03:06 Diperbarui: 6 November 2020   03:25 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda mengikuti berita soal Pemilu di Amerika Serikat ? Dari sekian pemilu yang diadakan oleh beberapa negara di dunia, pemilu AS memang tidak mengalami penundaan meskipun digelar di tengah pandemic Covid-19. Sebagian besar pemilihnya ternyata menggunakan mail (surat suara per pos) untuk mengirimkan hasil coblosannya ke pihak penyelenggara pemilu AS.

Terlepas dari itu semua, ketertarikan orang untuk mengikuti perkembangan pemilu AS adalah narasi-narasi yang menyerang bahkan provokatif dari presiden AS sendiri yaitu presiden Trump. Seperti diketahui, Trump lebih sering menggunakan media sosial Twitter untuk memberitahukan keputusannya ke public pada saat dia memerintah. Bahkan pada masa kini ketika berlangsug pemilihan umum di sana, dia menggunakan media sosial untuk mempengaruhi pilihan public, bahkan sampai menyerang saingannya dalam pilpres.

Situasi ini tentu mempengaruhi para pendukungnya yang juga menyerang pihak lain melalui media sosial, sehingga kekacauan dikawatirkan terjadi karena pertentangan ini. 

Apalagi saat penghitungan suara, Joe Biden meninggalkan Trump dalam memperoleh suara, meski dua hari setelah pilprespun, suara Joe Biden belum mencapai 270- sebagai batas minimal perolehan suara untuk mencapai kemenangan. Beberapa pendukung Trump diketahi mulai melakukan kekacauan untuk memprotes jalannya pemghitungan suara dan beberapa pihak mulai mengkhawatirkan terjadinya bentrokan.

Hal ini ternyata sudah diprediksi oleh penyedia layanan media sosial seperti twitter dan facebook untuk mengantisipasi dari awal soal keterbelahan dan kemungkinan kacau karena pertentangan narasi-narasi dalam media sosial. Bahkan Twitter sampai berani untuk memberikan label 'tidak merekomendasikan' (untuk dibaca) beberapa twit yang ditulis oleh presiden Trump karena ersifat hoax dan provokatif, dikawatirkan menimbulkan efek yang luas untuk masyarakat.

Dari sini kita bisa sadar dan belajar bahwa narasi dan literasi mengambil peran yang sangat penting pada masa kini karena orang dengan sangat mudah mendapatkan informasi. Baik melalui media mainstream konvensional seperti radio, televisi dan sebagainya. Juga melalui media sosial seperti twitter, facebook dan instragram Juga sering dipakai line dan WAgrup.

Mungkin kita ingat suasana kampanye menjelang pemilu Jakarta yang begitu terbelah, dimana narasinya seringkali memperlihatkan kita membenci pihak lain hanya karena pilihan politik. Narasi dan literasi itu bisa begitu sangat kejam sehingga bisa saling menjauhkan. Kita dijauhkan dengan kakak atau adik yang berbeda pilihan. Begitu juga suami istri yang bisa saling menjauh karena perbedaan politik mereka. Inilah yang terjadi pada AS sekarang.

Karena itu penting bagi kita untuk kembali sadar dan berjuang bersama agar narasi dan literasi yang kita lontarkan dan menjadi acuan bagi banyak orang, tidak membuat orang lain terprovokasi atau membuat orang terpicu rasa bencinya terhadap pihak lain.  Literasi dan Narsi kita harus membuat damai dan menyejukkan, bukan memecah belah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun