Beberapa waktu belakangan ini, publik dipertontonkan perilaku ibu yang tak semestinya. Seorang ibu nekad meledakkan dirinya, karena akan ditangkap oleh polisi. Ibu ini adalah merupakan jaringan teroris Sibolga, yang berupakan bagian dari Jamaah Anshorut Daulah dan berafiliasi ke ISIS.Â
Perilaku yang sama sebelumnya juga dilakukan oleh seorang ibu dari Surabaya, yang mengajak anak-anaknya untuk melakukan bom bunuh diri di sebuah gereja di Surabaya. Tentu kita bertanya, kenapa ada lagi seorang ibu yang menjadi korban paham radikalisme, sampai akhirnya memutuskan meledakkan diri.
Belakangan ini, ada juga ibu yang ditangkap karena melakukan provokasi dengan menyebarkan hate speech terhadap pasangan calon yang akan bertarung dalam pilpres. Yang dilakukan ibu ini sempat viral dan menjadi pembicaraan publik.Â
Terlepas ada yang menganggap itu settingan atau bukan, yang jelas dengan sengaja menyebarkan perilaku yang tidak baik bisa memicu amarah di tengah masyarakat. Karena di tahun politik ini, ada saja yang dilakukan pihak-pihak tertentu, untuk menjatuhkan atau menaikkan elektabilitas pasangan calon tertentu.
Contoh diatas merupakan perilaku yang semestinya tidak terjadi. Kenapa? Karena seorang ibu sebenarnya merupakan salah satu penentu bagi generasi berikutnya, untuk menjadi generasi yang cerdas dan toleran.Â
Bayangkan, jika seorang anak dari kecil sudah diajarkan berbohong oleh orang tuanya, dia akan menjadi generasi pembohong. Jika sedari kecil sudah diberi pemahaman yang radikal, maka si anak pun juga akan tumbuh menjadi anak yang radikal. Banyak anak-anak kecil asal Indonesia, yang dulu sempat berada di Suriah, diajari menembak dan berperang oleh anggota ISIS.
Begitu juga dengan di era milenial ini, banyak sekali anak-anak yang menebar ujaran kebencian hanya karena berbeda pandangan. Banyak anak yang memutuskan tali pertemanan, hanya karena alasan suka tidak suka. Penyebaran hoax yang begitu massif akhir-akhir ini, juga membukakan mata kita semua.Â
Bahwa semua ini harus segera disudahi. Jangan biarkan generasi muda kita tumbuh menjadi generasi yang intoleran. Dan untuk memutus bibit intoleran dan radikal, diperlukan pendidikan karakter yang kuat dari keluarga. Dan salah satu yang bisa melakukan itu adalah seorang ibu.
Pada titik inilah pentingnya peranan seorang ibu, untuk mengarahkan anaknya ke jalan yang benar. Banyak contoh anak yang berhasil, anak yang toleran, anak yang bisa saling menghormati dan menghargai karena didikan ibu dan bapaknya.Â
Kasih sayang seorang ibu harus diarahkan untuk mendidik anak agar tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Karena kita makhluk ciptaan Tuhan, yang harus saling mengenal, saling menghormati dan tolong menolong antar sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H