Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perbedaan Bukan Pemicu Konflik tapi Perekat Keragaman

20 Januari 2018   05:34 Diperbarui: 20 Januari 2018   08:19 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan ada yang memaknai sebagai pihak yang saling berlawanan. Entah itu berlawasanan secara ideologi, pola pikir, ataupun perilaku. Nah, pihak yang berlawanan ini kemudian dimakna sebagai pihak yang berseberangan atau pihak yang salah. Ketika seseorang sudah dicap salah, maka pihak yang merasa benar, seringkali melakukan tindakan yang dianggap benar. Contoh yang pernah terjadi adalah, aksi persekusi yang dilakukan oleh kelompok intoleran selama pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu.

Berkaca dari hal-hal tersebut, tidak sedikit dari masyarakat yang akhirnya menjadi orang yang selalu mempersoalkan perbedaan. Terlebih maraknya provokasi yang dilakukan kelompok radikal di media sosial, semakin membuat banyak anak muda yang mudah membenci hanya karena berbeda. Dalam pilkada DKI yang lalu, orang berbeda pilihan bisa saling caci. Orang berbeda agama bisa saling menjelekkan. Orang berbeda ideologi juga demikian. Artinya, bagi beberapa kelompok tertentu, perbedaan justru dimaknai sebagai hal-hal yang memicu konflik.

Sebaliknya, bagi sebagian orang yang lain, justru melihat perbedaan ini sebagai bagian dari keragaman yang perlu dipertahankan. Berbeda pendapat akan membuat kita bisa diskusi. Dan diskusi akan memperkaya wawasan. Begitu juga dengan berbeda agama. Akan membuat kita mengerti dan saling peduli antar sesama. Dalam perbedaan, justru akan memperkuat keberagaman itu sendiri. Karena semua orang tumbuh bibit toleransi antar umat. Karena adanya toleransi inilah, perbedaan yang oleh sebagian orang dimaknai sebagai sumber persoalan, ditangan kelompok toleran, keberagaman ini justru dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan persatuan serta kesatuan. Perbedaan justru memperkuat keberagaman itu sendri.

Perbedaan akan memunyai dua implikasi yang berbeda, tergantung niat seseorang yang ingin menerapkannya. Jika perbedaan itu dianggap sebagai sumber persoalan, maka yang yang terjadi adalah konflik. Jika perbedaan agama selalu dipersoalkan, maka yang terjadi adalah konflik agama. Padahal, alangkah indahnya jika perbedaan itu bisa berdampingan. Alangkah indahnya jika harmoni dalam keberagaman itu bisa terus dijaga, tanpa harus dikotori oleh berbagai kepentingan.

Kerukunan antar umat harus terus dijaga, demi terciptanya perdamaian. Baik itu kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah, ataupun kerukunan antara manusia dengan yang lainnya. Konsep kerukunan harus terus dijaga, demi terciptanya kesemimbangan dalam masyarakat. Kerukukunan ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antar individu yang masih memiliki agama yang sama, antar individu yang memiliki agama berbeda, dan antar warga negara dengan pemerintah, dalam semangat bhineka tunggal ika dan Pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun