Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mereduksi Paparan Radikalisme Dunia Maya

22 Oktober 2016   02:45 Diperbarui: 22 Oktober 2016   03:05 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waspada Radikalisasi Dunia Maya - Pojok Satu



Di era yang serba modern seperti sekarang ini, teknologi menjadi hal tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Internet telah memberikan kemajuan bagi peradaban manusia. Layaknya dunia nyata, berbagai aktifitas bisa dilakukan melalui dunia maya. Mulai dari berjualan, bertransaksi, mencari informasi, hingga mencari teman bisa dilakukan di dunia maya. Tak heran jika internet begitu digemari di era sekarang ini. Hal ini juga didukung dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, membuat semua orang menjadi lebih mudah untuk mengaksesnya.

Namun internet akan mempunyai dampak negatif, jika dimanfaatkan secara tidak baik. Saat ini, dunia maya seringkali dimanfaatkan oleh kelompok radikal, untuk melakukan propaganda dan perekrutan. Mungkin banyak diantara kita tidak menyangka hal tersebut. Tapi faktanya memang demikian. Hampir sebagian besar pelaku tindak pidaka terorisme, mengenal radikalisme melalui internet. Mereka bisa belajar apa saja diinternet. Mereka juga bisa berinteraksi langsung, dengan kelompok radikal dari tempat-tempat yang lain.

Saat ini, fenomena lone wolf, atau pelaku tunggal mulai marak. Tidak hanya di negara lain, fenomena tersebut juga mulai merambah Indonesia. Contoh yang terbaru adalah yang dilakukan oleh Sultan Azianzah. Pemuda berusia 22 tahun itu secara membabi buta menyerang polisi. Menurut polisi, Sultan merupakan bagian dari jariangan lama. Menurut polisi, kelompok radikal saat ini banyak dipengaruhi oleh Bahrun Naim, Bahrun Syah, dan Abu Zainal Al Mubarok. Ketiganya diduga masih berada di Suriah. Meski demikian rekrutmen kelompok radikal masih terus berlangsung hingga saat ini.

Bahrun Naim misalnya. Meski dia berada di Suriah dan disebut berada di belakang teror bom Thamrin, remaja asal Solo ini juga aktif menjadi blogger. Blog yang dia bikin berisi ajaran mengenai radikalisme, cara merakit bom, hingga kebenciannya kepada negara. Blog Bahrun selalu oleh pemerintah, namun berkali-kali juga dia membuat blog baru. Akibat maraknya propaganda radikalisme di dunia maya inilah, banyak generasi muda kita terpengaruh. Mereka memilih untuk menjadi radikal, hanya karena persoalan yang tidak masuk akal. Bahkan tidak sedikit karena persoalan kebencian pribadi, dilampiaskan dengan cara-cara seperti yang dilakukan oleh kelompk teroris.

Mari kita aktif menyebarkan pesan damai di dunia maya. Jangan biarkan kelompok radikal menguasai dunia maya. Saatnya membersihkan dunia maya dari segala jenis konten negatif. Hal ini penting dilakukan, karena internet saat ini sudah bisa diakses oleh semua kalangan, termasuk anak-anak. Jika konten negatif ini terus diakses oleh anak-anak, dikhawatirkan generasi mendatang akan lahir generasi yang radikal. Karena itulah, berbagai pemahaman harus selalu diberikan kepada anak-anak kita, agar selalu kritis dalam memahami berbagai informasi.

Rasa ingin tahu anak-anak kita harus dibarengi dengan logika dan pemahaman agama yang kuat. Hal ini penting agar anak-anak kita mempunyai dasar berpikir yang kuat, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah, berilah perhatian yang lebih kepada anak-anak kita. jangan sampai mereka mencari pelarian diluar, hanya karena merasa tidak mendapatkan kasih sayang. Perhatian orang tua kepada anak terbukti mampu mereduksi paham-paham radikal, yang mungkin mampir dalam benak anak-anak kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun