Secara kultur, Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari budaya toleransi. Secara kultur, hampir setiap budaya di setiap daerah, terdapat budaya toleransi. Ya..karena toleransi memang bagian dari kultur Indonesia, yang sudah ada pada diri masyarakatnya sejak dulu. Tak heran jika negeri ini dikenal dengan keramahannya. Tidak heran pula jika masyarakat Indonesia, dikenal murah senyum kepada siapa saja. Indonesia juga dikenal begitu kuat menjaga kerukunan antar umat. Semua orang bisa duduk bersandingan, tanpa harus ada kebenciana antar sesama.
Tapi toleransi itu kini mulai diganggu oleh sekelompok orang dengan menyebarkan intoleransi. Ada sebagian pihak yang sengaja membuat keseragaman budaya, alias monokultur. Upaya penerapan syariat Islam, agar lebih meluas terus dilakukan oleh kelompok radikal. Kenapa? Karena salah satu propinsi di Indonesia, seperti di Aceh, telah menerapkan hukum syariat Islam. Meski Aceh menerapkan syariat Islam, bukan berarti toleransi antar umat beragama hilang.
Yang menjadi persoalan, jika konsep religius itu dibelokkan dan disalahartikan. Seperti yang dilakukan oleh kelompok radikal dan teroris. Mereka mengusung syariat Islam, tapi justru melakukan perbuatan yang cenderung tidak islami. Mereka menebar kebencian di berbagai tempat, mereka juga menebar kekerasan di berbagai daerah. Dan yang paling ironi adalah, mereka menebar bom bunuh diri, demi melakukan jihad dan mendapatkan mati syahid. Padahal semua itu hanyalah pembenaran belaka, agar perilaku mereka mendapat simpati publik.
Mari kita kembali melihat kultur Indonesia. Negeri ini mempunyai banyak kultur, yang tidak bisa dipaksakan menjadi satu kultur. Seorang Batak, tentu tidak akan bisa jika dipaksa untuk menjadi Papua. Begitu juga seorang Jawa dipaksa menjadi Dayak. Yang memungkinkan adalah, membiarkan keberagaman budaya itu tetap tumbuh. Karena itulah pentingnya menjaga toleransi antar umat. Toleransi harus dikaitkan dengan kebutuhan, untuk menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan memelihara toleransi dalam keseharian, kita tidak hanya akan menciptakan tatanan kehidupan yang nyaman dan tenteram, tapi juga melahirkan generasi yang toleran di masa mendatang.
Intoleransi yang coba dimunculkan kelompok intoleran, tentu akan mengganggu kenyamanan masyarakat. Sebut saja seperti yang dirasakan oleh jemaat gereja Yasmin di Bogor, yang masih kesulitan menjalankan ibadah, karena gerejanya masih disegel. Aksi serupa juga terjadi di Bekasi, yang menimpa jemaat gereja Filadelfia. Terlepas apa motifnya, terlepas perilaku itu benar atau tidak, beribadah merupakan hak setiap warga negara. Sudah semestinya, setiap manusia menghargai itu. Apalagi negara juga menjamin melalui konstitusi, bahwa beribadah dan memeluk agama sesuai keyakinan, merupakan hak setiap warga negara.
Sudah semestinya, kita menerapkan toleransi antar umat beragama dalam keseharian. Sudah semestinya pula, kita semua sadar bahwa keberagaman di negeri ini, merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Dengan memberikan senyum kepada orang lain saja, secara tidak langsung kita telah memberikan suasana yang damai. Apalagi dengan memberikan pertolongan, tanpa harus melihat latar belakangnya. Tentu akan semakin mendamaikan lingkungan. Ingat, toleransi antar umat harus diimplementasikan dalam keseharian. Toleransi tidak bisa hanya dikatakan, tapi harus dipraktekkan dan disebarluaskan. Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H