Mohon tunggu...
Aisyah Pertiwi
Aisyah Pertiwi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Tumbuh di desa, kuliah di kota, bercita-cita keliling dunia dan masuk surga.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Revolusi Putih; Segelas Susu untuk Membangkitkan Macan Asia

30 Juni 2014   20:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:07 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak beberapa waktu yang lalu di televisi ditayangkan iklan sepasang capres-cawapres RI nomor 1, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa yang membagi-bagikan susu segar kepada anak-anak. Aksi sederhana ini ternyata merupakan bagian dari “Revolusi Putih”. Dalam agenda peningkatan kualitas pembangunan sosial melalui program kesehatan, sosial, agama, budaya dan olahraga Prabowo-Hatta tercantum bahwa Revolusi Putih digerakkan dengan menyediakan susu untuk anak-anak miskin di sekolah melalui peternakan sapi dan kambing perah. Lebih jauh lagi, Ketua Lembaga Penelitian Psikologi UI Prof. Dr. M. Enoch Markum, Revolusi Putih merupakan suatuperubahan sosial. Gerakan ini berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama peternak di pedesaan, serta peningkatan kualitas manusia pada aspek kesehatan.

Survei yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2011 dipaparkan fakta bahwa tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya mencapai 11.9 liter/kapita/tahun, atau setara dengan lima tetes sehari. Angka ini jauh tertinggal dari negara-negara di Asia lainnya, seperti di India 42,8 liter/kapita/tahun, Thailand 33,7 liter, Cina yang mencapai 24 liter/kapita/tahun, Filipina 22,1 liter/kapita/tahun, Malaysia 22,1 liter/kapita/tahun, Vietnam 12,1 liter/kapita/tahun. Angka konsumsi susu di Indonesia yang hanya mencapai 11,9 liter/kapita/tahun.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010 mendapatkandatabahwa prevalensi gizi buruk balita di Indonesia mencapai 4,9% dan prevalensi gizi kurang mencapai 13%. Pemberian susu sapi/kambing segar secara kontinyu diharapkan dapat memperbaiki status gizi tersebut. Pertanyaannya, dari manakah sumber produk susu yang akan dibagikan tersebut? Mengingat kondisi saat ini dalam pemenuhan kebutuhan susu nasional, 70% masih ditopang oleh impor, yaitu tidak kurang dari 1,85 juta ton yang diimpor dari Australia dan Selandia Baru. Padahal Indonesia sendiri memiliki lahan peternakan yang luas.

Revolusi Putih ini merupakan gagasan yang menarik, apalagi jika dipertajam dengan pemaparan upaya-upaya peningkatan produksi susu nasional. Dr. Ir. Arief Daryanto, Mec dari Institut Pertanian Bogor mengemukakan bahwa saat ini 91% susu segar di Indonesia dihasilkan oleh usaha rakyat dengan skala 1-3 ekor sapi perah per peternak, sedangkan menurut manajemen modern sapi perah, skala ekonomis dapat dicapai dengan kepemilikan 10-12 ekor sapi per peternak. Permasalahan lain yang dihadapi oleh peternak sapi di Indonesia adalah rendahnya mutu bibit sapi sehingga berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produk susu yang dihasilkan. Selain itu,  berkurangnya lahan sumber rumput bagi ternak, dan tingginya biaya transportasi juga menjadi masalah penting yang dihadapi peternak. Dari segi pemasaran, peternak masih memiliki daya tawar yang lemah di mata industri pengolahan susu sehingga peternak menerima harga susu yang relatif rendah.

Untuk mewujudkan Revolusi Putih, Dr. Ir. Arief Daryanto, Mec dari Institut Pertanian Bogor mengemukakan arah kebijakan yang perlu diambil pemerintah:


  1. pemerintah harus mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas produk susu para peternak. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan teknologi mengenai manajemen produksi susu, penyuluhan budidaya sapi perah kepada para peternak, penyediaan bibit sapi yang unggul, penyediaan lahan untuk pakan rumput, akses terhadap modal, serta pengembangan varisi industri pengolahan susu sehingga harga di tingkat peternak stabil.
  2. Perlu dibentuk wadah kemitraan yang  jujur dan memperhatikan kepentingan peternak, koperasi susu, dan industri pengolahan susu.
  3. Koperasi susu perlu difasilitasi agar dapat melakukan pengolahan susu segar secara sederhana sekaligus promosi kepada masyarakat luas mengenai manfaat mengonsumsi susu segar dan produk turunannya.
  4. Pemerintah Pusat maupun Daerah harus mengeluarkan kebijakan yang memperkuat posisi tawar peternak dalam negeri, seperti menghapus retribusi yang menyebabkan ongkos produksi semakin mahal, menghapuskan pajak pertambahan nilai bila pengolahan susu masih dilakukan oleh peternak, serta pemberlakuan tarif bea masuk terhadap susu impor untuk melindungi peternak dalam negeri.

Revolusi Putih ini tentunya bukan proyek Sangkuriang yang semalam jadi. Jika terpilih sebagai presiden nanti, tim Prabowo-Hatta dan masyarakat Indonesia memang harus bekerja keras sehingga macan Asia dapat mengaum kembali. Selamat bekerja!

Referensi:

http://health.kompas.com/read/2012/07/04/1003181/Pendapat.4.Ahli.Seputar.Manfaat.Susu

http://tidar.or.id/app/berita/176-latar-belakang-informasi-revolusi-putih

http://nasional.kompas.com/read/2014/06/06/1819321/Revolusi.Putih.Prabowo.untuk.Dobrak.Konsumsi.Susu.Masyarakat

http://www.mb.ipb.ac.id/output/popupPrint/id/8b9aecba29cc4b90b731c89bf35b1c8b/tipe/entri/category/2.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun