Debat putaran kelima yang diselenggarakan malam ini, Sabtu (5/7/2014), yang sekaligus merupakan debat penutup menjadi sesi yang “panas”. Kedua pihak tak segan-segan melancarkan “tembakan” untuk mengkritisi satu sama lain. Secara keseluruhan, dari penampilan kedua pasangan capres malam ini saya melihat ada dua kutub karakter yang berbeda antara kedua calon. Pasangan pertama cenderung menanggapi sindiran dan kritikan dengan legowo, tenang, tanpa terpancing emosi. Bahkan saat pasangan kedua menyindir mengenai mafia-mafia daging dan migas yang konon katanya bercokol di gerbong kandidat nomor 1, Prabowo secara rendah hati menyatakan bahwa pihaknya bukan pasangan yang sempurna dan mengakui memiliki kekurangan. Dirinya juga mengajak segenap pihak untuk senantiasa mawas diri dan terus mengevaluasi diri. Jelas ini kontradiktif dengan kubu seberang yang secara implisit cenderung mengklaim pihaknya bersih. Padahal sudah menjadi rahasia umum bagaimana prestasi korupsi partai pendukungnya.
Pasangan kedua, entah kenapa saya menangkap adanya kecenderungan untuk mencari celah kesalahan kubu seberang. Di saat Prabowo menanyakan persetujuan terhadap ekstensifikasi lahan, Jokowi cenderung mengkritisi gagasan Prabowo dengan membahas masalah irigasi yang urgen dalam pembukaan lahan pertanian baru. Hingga akhirnya Prabowo menjelaskan bahwa tentu saja pihaknya sudah memikirkan perencanaan teknis tersebut dan kembali mengulang pertanyaan mengenai persetujuan Jokowi-JK terhadap ekstensifikasi lahan pertanian. Dijawab oleh Jokowi bahwa hal tersebut sudah tertuang dalam visi misi sehingga tidak perlu diulang.
Di saat Hatta mengajukan pertanyaan kepada Jusuf Kalla, Kalla tidak mau menjawab pertanyaan tersebut hanya karena Hatta salah menyebut nama suatu penghargaan. Oke, mungkin seperti di dalam ujian, jika ada soal yang salah, soal tersebut akan dianulir dan peserta ujian berhak tidak menjawab soal. Tetapi untuk sekaliber negarawan seperti Pak Jusuf Kalla, tidak adakah sedikit kelapangan hati untuk memberikan koreksi atas insiden “salah sebut penghargaan tersebut?” Bagaimana jika saya, rakyat yang bodoh ini salah mengucapkan istilah? Akankah pengaduan saya didengarkan pemerintah?
Keberpihakan saya terhadap pasangan Prabowo-Hatta tampaknya semakin beralasan setelah mendengar pernyataan penutup kedua pasang kandidat dalam debat terakhir ini. Dalam pernyataan penutup tersebut Jokowi sambil sesekali membaca catatan kecil kembali menegaskan bahwa koalisi yang dibangunnya adalah koalisi tanpa syarat yang tanpa disisipi oleh mafia-mafia. Kemudian dilanjutkan dengan ungkapan terima kasih, ditutup dengan do’a rabbana atina fiddunya hasanah. Sementara Prabowo, seperti biasa dengan lantang dan meyakinkan (serta tanpa melihat contekan) menutup debat dengan pernyataan janji untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terhormat, yang bermartabat, bangsa yang mampu berdiri di atas kaki sendiri, bangsa yang mampu memproduksi barang sendiri. Ia berjanji akan berjuang agar rakyat hidup sejahtera, hidup layak. Dan pada akhirnya, pihaknya akan menghormati keputusan rakyat. Suatu sikap negarawan sejati!
Akhir kata, izinkan saya mengutip iklan kampanye pasangan nomor 2 dengan sedikit perubahan, “salam demokrasi, kalau beda jangan sensi”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H