Beberapa hari lalu di media massa beredar pernyataan kontroversial Jusuf Kalla bahwa dirinya bersama Joko Widodo optimis akan menang dalam Pemilu Presiden 2014. Hal tersebut dengan catatan bahwa pemilu berjalan lancar dan jauh dari kecurangan. “Satu yang sangat penting, insya Allah kita menang apabila pemilu jujur, karena arus bawah ini luar biasa”, demikian ungkap beliau. Dari pernyataan tersebut secara tidak langsung Kalla menunjukkan kepercayaan diri yang luar biasa bahwa TIDAK ADA yang dapat mengalahkan timnya kecuali KECURANGAN tim lawan. Sebaliknya, jika capres sebelah yang menang artinya telah terjadi kecurangan. Pasti saya yang benar, pasti kamu yang salah. Begitulah kira-kira.
Saya jadi teringat masa kecil saat bermain dengan teman-teman. Jika ada yang kalah, ia akan berlari pulang ke ibunya sambil mengadu kalau temannya curang. Yah, maklum namanya anak-anak, masih kekanak-kanakan kalau menghadapi kekalahan.
Jika tim Jusuf Kalla sudah mulai mengendus adanya kecurangan di Pilpres mendatang, mengapa tidak segera melapor kepada pihak yang berwenang. Biar bisa segera diluruskan. Daripada nanti ternyata beneran kalah, terus menggugat, terus minta pemilu ulang kan repot. Lebih jauh lagi apabila isu kecurangan tersebut dihembuskan, akar rumput yang mudah tersulut dapat saja bertindak reaktif. Katanya ini negeri demokrasi, tapi kok ngeri demokrasi.
Jika Prabowo menang, bukan berarti ia curang. Tetapi yang jelas, ia telah memenuhi persyaratan UUD 1945 pasal 6A ayat 3 dan UU nomor 42 tahun 2008 pasal 159 ayat 1, yaitu mendapatkan suara minimal 20% di 17 provinsi. Data berbagai lembaga survey sudah menunjukkan bahwa elaktabilitas Prabowo semakin meroket. Jadi, tanpa melakukan kecurangan, insya Allah Prabowo menang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H