Mohon tunggu...
Blue
Blue Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seseorang yang memiliki hobi menulis. Bercita-cita menjadi seorang yang berguna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manusia yang Tak Pernah Sempurna

3 Maret 2022   16:19 Diperbarui: 3 Maret 2022   16:25 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Theresia, seorang anak perempuan yang sedang duduk di bangku SMA melalui lika-liku hidup yang menurutnya sangat berat. Bahkan, dirinya pernah berfikir bahwa lebih baik ia tidak dilahirkan. Sangat tidak logis pikirannya saat itu.

Ketika ia masih kelas 7 SMP, ia sedikit menonjolkan dirinya. Saat itu ia memang menyukai sepak bola dan rutin memainkannya ketika jam olahraga di lapangan sekolah.  "Ayo main bola di lapangan, kita tanding!" Ucap Theresia yang sedang mengajak teman-temannya untuk menuruti keinginannya. Ia menjadi suka terhadap bola juga karena teman-temannya yang memberitahukan betapa indahnya sepak bola. 

Menginjak umur 13 tahun, pada hari ulang tahunnya ia sangat senang.  Ia bisa merayakan bersama teman-teman SMP nya. Sangat bahagia, karena menurutnya tidak ada yang sebaik teman-teman SMP nya. Teman-temannya memberinya kado yang sangat berharga. Selembar foto dirinya yang sedang duduk dengan wajah yang tidak siap untuk dipotret.  Theresia tertawa ketika melihat kado itu. "Aku adalah orang yang sangat beruntung karena mempunyai teman-teman sebaik mereka." Ucapnya kala itu juga.

Bulan pertama ia naik ke kelas 8, Theresia masih bisa berlibur bersama teman-teman SMP nya. Kali pertama ia melihat sosok ayah yang sangat luar biasa untuk dirinya jatuh sakit. Ayahnya mengalami luka yang cukup serius dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Theresia sangat bingung dirinya harus bagaimana.  Ia memikirkan skenario kehidupan yang tidak semestinya ia pikirkan. Sehari setelah ayahnya dibawa ke rumah sakit, ia tetap harus berangkat sekolah dan yang ada di meja makan bukan nasi yang ia lihat. Tapi beberapa lembar roti tawar dan sekaleng susu kental manis. "Kombinasi yang cocok." Theresia sarapan dengan selembar roti tawar yang sebelumnya ia tidak pernah melakukannya.

Keadaan mengharuskan dirinya untuk bersekolah dari rumah. Hampir 2 tahun ia melalui hal ini. Ia merasa sangat luar biasa bahwa dirinya bisa sampai titik ini. Sekolah dari rumah adalah hal yang tidak pernah terpikirkan oleh dirinya. Keluarganya yang begitu hebat membuat dirinya menjadi orang yang kuat. Di samping harus tetap mempertahankan prestasinya, mau tidak mau ia harus mendengar segala suara dari rumah yang ia tinggali. Tidak jarang dirinya harus menangis di dalam kegelapan. Ucapan-ucapan yang keluar dari mulut mereka membuat hati Theresia begitu sakit. Ia seakan tidak kuat harus melaluinya. Berbagai permasalahan harus ia hadapi dengan hati yang lapang. Di suatu waktu ia terlibat pertikaian kecil dengan keluarganya. "Sampah!" Ucap salah satu anggota keluarganya. Apakah kata itu pantas untuk dirinya? Theresia masuk ke kamarnya dan menjatuhkan dirinya di atas kasur. Dirinya tersenyum getir mengingat kejadian yang baru saja ia alami.

Sekolah dari rumah ternyata membuat Theresia kehilangan teman-temannya. Ia merasa sangat jauh dengan mereka yang pernah menjadi teman terdekatnya. Fakta yang menyakitkan. Ia merasa dibohongi dan dikhianati oleh temannya yang sangat ia percaya. Bermain api kecil di belakang dirinya. "Apakah aku memang sebodoh itu untuk di injak-injak?" Dirinya menjadi sering menangis selama di dalam rumah yang tidak membuatnya kepanasan. Saat itu juga ia merasa dianggap sebagai manusia terbodoh dan gampang dibohongi. Bukankah kepercayaan yang dihancurkan memang sangat menyakitkan? Theresia sedang ditempa menjadi orang yang sekuat baja. 

Ketika dirinya mulai sekolah tatap muka, Theresia sangat bersyukur. Masa-masa selama ia di rumah membuat dirinya menutup diri dan menjadi orang yang cuek. Ia tidak peduli dengan suara-suara yang selalu membuat telinganya panas. Dirinya juga menjadi sangat sensitif. Segala hal yang ia lihat, dengar, dan rasakan selalu menyentuh hatinya. Membuatnya menjadi orang yang kebal dengan omongan kasar. Ia mencoba mengikhlaskan segalanya. Memaafkan siapapun. Karena ia sadar, ia juga pernah berbuat kesalahan terhadap orang lain. Theresia berfikir bahwa ketika kita akan membenci orang lain, jangan hanya titik hitam yang diingat. Namun, lihatlah betapa hal-hal baik yang orang itu berikan kepada diri kita. Saat ia difitnah oleh seseorang dengan hal yang sangat tidak senonoh, ia berusaha untuk tidak membencinya. Saat Theresia berbicara kepada ibunya mengenai hal ini,. ibunya mengatakan "Jika ia terus melakukannya, kita harus melaporkannya!" Ibu Theresia menjadi seseorang yang tegas. "Dilaporkan atas dasar apa Bu, pencemaran nama baik? Aku tidak mempunyai nama baik, Bu." Theresia berucap dengan nada yang datar. Ibunya bertanya mengapa, lalu Theresia mengatakan "Kita manusia selalu berbuat dosa. Lalu nama baik itu apa? Sepertinya hal itu tidak cocok untuk manusia yang sering berbuat salah seperti saya, Bu" 

Berjalannya waktu, Theresia menjadi orang yang gemar dengan cerita perjuangan hidup. Namun, banyak orang mengatakan bahwa dirinya terlalu pendiam dan sering memasang wajah datar. Manusia tidak pernah merasa bahwa dirinya berhak diperlakukan dengan tidak baik. Tapi coba kita bercermin, hukum alam akan selalu terjadi. Untuk itu, sebagai seseorang yang tak luput dari dosa, hal terbaik yang harus kita lakukan adalah berbuat hal kebajikan dan selalu bersyukur apapun yang kita alami. Jangan pernah bosan untuk melakukan hal-hal baik. Tidak ada ruginya jika setiap saat kita melakukannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun