Pada hakikatnya, ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Hal inilah yang senantiasa diupayakan oleh bangsa Indonesia dari dulu sampai sekarang. Ketahanan nasional yang tangguh akan lebih mendorong peningkatan pembangunan nasional, yang kita yakini dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Kesejahteraan yang hendak dicapai untuk mewujudkan ketahanan nasional dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa Indonesia menumbuhkan dan menyumbangkan nilai-nilai nasionalnya menjadi kemakmuran sebesar-besarnya yang adil dan merata baik rohaniah maupun jasmani. Sedangkan keamanan nasional adalah kemampuan bangsa Indonesia melindungi eksistensinya dan nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari dalam maupun luar negeri. Dalam kenyataan hidup kemudian gambaran-gambaran kesejahteraan nasional dan keamanan nasional menjadi satu gambaran ketahanan nasional.
Pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan nasional menggunakan tiap-tiap gatra dalam astagatra. Tiap-tiap gatra itu sama penting dan ambil peranan bagi kesejahteraan dan keamanan nasional.
Ketahanan nasional dalam segala aspeknya mencerminkan gambaran siapa dan bagaimana bangsa kita ini. Artinya, setiap gatra dalam astagatra ketahanan nasional harus dibenahi, tidak boleh ada yang ditinggalkan sementara yang lain dilupakan karena masing-masing terkait erat. Kelemahan di salah satu gatra melemahkan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Dengan kemampuan untuk mengatasi kelemahan pada ketahanan nasional kita maka tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945, yakni untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial akan dapat terwujud.
Adalah satu kenyataan bahwa kemiskinan masih terdapat dalam jumlah besar di Indonesia.Meskipun jumlah rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinansudah dapat kita kurangi secara mencolok, yaitu dari sekitar 70 persen padatahun 1970 menjadi sekitar 10,86 persen pada tahun 2016, namun itu masihmeliputi tidak kurang dari 28,01 juta orang. Satu jumlah yang sama denganjumlah penduduk satu negara ukuran menengah seperti Malaysia (29 juta). Padahalrakyat Indonesia yang hidup sedikit di luar garis kemiskinan juga masihtergolong miskin sekali. Maka dengan begitu jumlah penduduk Indonesia yangmasih hidup miskin banyak sekali.
Kondisi penduduk demikian tidak mendukung adanyaketahanan nasional yang kuat, malahan melemahkannya. Seperti telah diuraikan, ketahanannasional terdiri dari kesejahteraan dan keamanan yang dapat dibedakan tetapitidak dipisahkan. Kalau masih banyak sekali penduduk Indonesia miskin,sekalipun ada kecenderungan akan membaik, maka kesejahteraan pada waktu inibelum tinggi. Karena itu juga keamanan belum dalam kondisi yang cukup baik.
Oleh karena itu kemiskinan merupakan tantangan yang harus dapat diatasi secepatmungkin untuk dapat mewujudkan ketahanan nasional yang tangguh. Kalau orang itumiskin dan ia mempunyai keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, maka seluruhkeluarga itu hidup dalam kemiskinan. Itu membawa akibat yang bersifat materialdan mental.
Ancaman paling besar bagi Indonesia adalah kemiskinan karena ketimpangan pembangunan yang telah berjalan selama 40 tahun. Pembangunan yang berorientasi agraris telah terbukti gagal mengangkat harkat dan derajat kehidupan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu maka menurut Prof Juwono Sudarsono the best defense is social justice (pertahanan terbaik adalah keadilan sosial). Makin banyak orang terangkat dari kemiskinan, maka makin banyak orang yang tidaktertarik pada berbagai kegiatan ilegalyang mengancam kedaulatan nasional.
Pada akhirnya masalah seperti terorisme, sentimen sara, intoleransi, kemiskinan, dan lain-lain yang menyebabkan ketahanan nasional rawan gangguan akan terkikis jika “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” telah bisa diwujudkan. Kuncinya adalah terwujudnya keberpihakan yang tinggi terhadap komponen bangsa yang paling lemah yaitu golongan masyarakat miskin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H