Mohon tunggu...
Risdiana
Risdiana Mohon Tunggu... Freelancer - Lecturer

Bagi saya, belajar bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga sebuah perjalanan yang penuh tantangan dan kepuasan. Saya terus mencari wawasan baru di berbagai bidang, mulai dari teknologi, desain, hingga ilmu sosial. Semangat saya untuk terus berkembang mendorong saya untuk selalu berinovasi dan mencari solusi kreatif dalam setiap tantangan yang saya hadapi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Dinamika Ekonomi Internasional

29 November 2024   15:09 Diperbarui: 29 November 2024   15:09 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam era globalisasi, ekonomi internasional telah menjadi bagian penting dari perekonomian nasional. Transaksi lintas negara, seperti perdagangan barang dan jasa, investasi asing, dan aliran modal, sangat memengaruhi kebijakan ekonomi domestik. Sebagai contoh, Indonesia yang merupakan negara penghasil komoditas seperti kelapa sawit dan batu bara sangat bergantung pada ekspor. Ketika harga komoditas ini di pasar dunia turun, pendapatan negara dari ekspor juga berkurang, yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik. Globalisasi memberikan peluang untuk pertumbuhan, tetapi juga menciptakan tantangan seperti persaingan global dan ketergantungan antarnegara.

Negara yang memiliki perekonomian terbuka (open economy) adalah negara yang aktif berpartisipasi dalam perdagangan internasional. Misalnya, Singapura, yang memiliki keterbatasan sumber daya alam, sangat mengandalkan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan menumbuhkan ekonominya. Dengan mengimpor barang-barang yang tidak bisa diproduksi secara lokal dan mengekspor produk unggulan, negara ini berhasil menjadi salah satu pusat ekonomi dunia. Namun, keterbukaan seperti ini juga memiliki risiko, seperti ketergantungan pada negara lain dan dampak dari perubahan nilai tukar mata uang. Sebagai contoh, fluktuasi nilai dolar AS dapat memengaruhi harga barang impor di Singapura.

Sebagai contoh, fluktuasi nilai dolar AS dapat memengaruhi harga barang impor di Singapura. Misalnya, jika nilai tukar dolar AS terhadap dolar Singapura menguat, maka barang-barang yang diimpor dari Amerika Serikat, seperti elektronik, teknologi, atau bahan baku tertentu, akan menjadi lebih mahal bagi konsumen dan perusahaan di Singapura. Sebagai hasilnya, perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor akan menghadapi kenaikan biaya produksi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan harga barang jadi naik di pasar lokal. Sebaliknya, jika dolar AS melemah terhadap dolar Singapura, harga barang impor tersebut menjadi lebih murah, sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan memberikan keuntungan bagi konsumen berupa harga yang lebih terjangkau. Hal ini menunjukkan betapa sensitifnya perekonomian Singapura terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang global, terutama karena negara tersebut sangat bergantung pada impor.

Ekonomi internasional memengaruhi perekonomian nasional baik dari sisi makro maupun mikro. Dari sisi makro, misalnya, perdagangan internasional berkontribusi pada neraca perdagangan dan pendapatan nasional suatu negara. Ketika ekspor suatu negara lebih besar daripada impornya, seperti yang sering terjadi pada Tiongkok, negara tersebut mengalami surplus perdagangan yang meningkatkan pendapatan nasional. Dari sisi mikro, fluktuasi nilai tukar mata uang dapat memengaruhi biaya produksi. Sebagai contoh, perusahaan Indonesia yang mengimpor bahan baku dalam dolar akan menghadapi kenaikan biaya ketika nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.

Mengapa suatu negara perlu berdagang dengan negara lain? Hal ini karena tidak ada negara yang sepenuhnya mandiri dalam memenuhi semua kebutuhannya. Misalnya, Indonesia mengimpor gandum dari Australia karena iklim di Indonesia kurang cocok untuk menanam gandum dalam jumlah besar. Sebaliknya, Australia mengimpor produk tropis seperti kopi dan kelapa dari Indonesia. Perdagangan ini mencerminkan bagaimana negara saling melengkapi kebutuhan masing-masing, memanfaatkan keunggulan komparatif, serta memperluas pasar bagi produk lokal.

Namun, tidak semua perdagangan internasional berjalan atas dasar kehendak sukarela. Ada situasi di mana satu pihak dipaksa untuk menerima kondisi yang tidak menguntungkan. Contohnya adalah embargo perdagangan, seperti yang pernah dialami Iran ketika diberi sanksi ekonomi oleh negara-negara Barat. Sanksi ini memaksa Iran untuk mencari mitra dagang alternatif di bawah kondisi yang kurang menguntungkan. Di tingkat individu, monopoli di pasar lokal juga menjadi contoh di mana kehendak sukarela dalam pertukaran tidak selalu terjadi, karena konsumen terpaksa membeli barang dengan harga yang ditentukan oleh penjual tunggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun