Pagi yang indah di Kota Bunga yang asri, di samping gedung DPRD Kota Malang, di samping halaman Balai Kota lebih tepatnya, terlihat segerumbulan orang dan segerombolan motor yang diparkir di tepi jalan. Melangkahlah kaki ini menuju sebuah kegiatan yang diadakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Malang. Kegiatan tersebut merupakan “Pasar Raya BAZNAS 2017” yang diikuti oleh beberapa UMKM di Kota Malang. UMKM yang mengikuti pasar raya menjual berbagai jenis barang dagangan, mulai dari makanan, minuman, baju, mainan, dan buku bekas.
Terdapat sebuah stand yang menjual buku bekas. Terlihat buku yang usang namun kaya akan makna. tidak banyak yang mengunjungi namun istimewa. Terdapat juga stand yang menjual berbagai macam lauk pauk yang cocok untuk disandingkan dengan nasi hangat. Perutpun terasa mendengung amat keras menandakan nalurinya untuk makan. Banyak stand yang berdiri, di tengah stand terdapat sebuah panggung yang teengah mnapilkan musik islami dari salah satu universitas di Malang.
Sambil mengelilingi stand, pengunjung dapat menikmati alunan musik yang indah dan syahdu. Setelah penampilan musik kami menikmati sebuah sambutan, yang dilanjutkan sebuah materi mengenai penulisan yang menghadirkan pemateri handal dari salah satu surat kabar. Setelah materi lanjut kaki ini menjajki tiap stand. Tidak ada rasa bosan dan lelah untuk berkeliling belanja, terutama bagi kaum hawa, hehehe.
Seiring dengan berjalannya kaki ini dari ujung ke ujung dengan mampir sana sini melihat, mencium, dan merasakan berbagai barang yang dijual. Mampir mulai dari stand "BAKSO DURO", melirik makanan kriuk-kriuk, serta mampir dan membeli jamu dengan merek "JAMU GENDONG". Tidak lama mata ini tertuju pada sebuah bulatan-bulatan berwarna biru ke abu-abuan, dengan aromanya yang khas, ditambah dengan bulatan yang telah dibelah kelihatan masir kuningnya dan dibiarkan melambai-lambai pembeli untuk menghampirinya. Seketika itu juga perutku terasa lapar, akupun menghampirinya. Menghampiri penjual telor asin. Tidak sekedar menghampiri, aku sempatkan untuk bertanya-tanya mengenai usaha telor asin.
Penjual telor asin yang memakai kaos dan celana jeans saat itu bernama Mas Kholil. Beliau adalah putra dari Bapak Sugeng selaku pendiri dan pemilik usaha telor asin. Telor asin ini memiliki merek yaitu "SAE". Kualitas dari telor asin ini tidak diragukan lagi karena sudah berdiri sekitar 20 tahun. Pusat pembuatan telor asin ini di Gadang, Malang. Mas Kholil menjelaskan bahwa sekali mengasinkan bisa sampai 3000 telor dan waktu mengasinkan selama 1 minggu. Telor bebek yang didapatkan berasal dari daerah Dampit, Turen, dll. Pemasaran yang dilakukan untuk menjaga eksistensi dari telor asin SAE dilakukan dengan menyebarkan kartu nama serta adanya blog telor asin SAE. Telor asin SAE juga dijual di pasar minggu, di rampal, dan di tempat-tempat katering.
Telor asin SAE dapat bertahan 1 minggu ketika dibiarkan terbuka tanpa dimasukkan lemari es. Menghindari kebusukan dari telor asin, sebelum satu minggu, telor asin dibuat menjadi makanan yang lezat, yaitu botok telor asin. Nah, menarik sekali bukan, usaha telor asin ini. Penjualnyapun tak kalah menarik yang merupakan anak dari pemilik usaha telor asin, juga merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di Kota Malang, yang membuat menarik adalah berusaha sambil bekerja itu tidak ada salahnya baik muda maupun tua. Jadi tunggu apalagi, ayo bergerak dari sekarang.
Oleh: Risda Silvia Mukarromah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H