Dibawah terik matahari dan hujan, kaki mungil mereka terus melangkah, menyusuri jalanan, mengumpulkan recehan, demi bertahan hidup. Tanpa mengenal lelah, mereka terus berusaha bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan ibukota.
Kolong-kolong jembatan menjadi pilihan terakhir mereka saat malam tiba, bukan karena mereka nyaman tinggal dikolong-kolong jembatan, namun karena tidak diberi pilihan untuk mendapatkan tempat yang lebih layak lagi untuk mengistirahatkan tubuh mungil mereka setelah lelah bekerja seharian hanya demi sesuap nasi.
Kesulitan hidup yang  di alami memaksa mereka untuk turun kejalan, jika diberi pilihan, mereka pun pasti tidak ingin hidup dijalanan yang penuh dengan berbagai resiko yang dapat mengancam keselamatan hidup mereka sendiri. Namun inilah hidup, tak ada yang bisa tau bagaimana jalanya, karena semua itu rahasia sang pencipta.
Baju lusuh mereka sudah jelas menggambarkan kesulitan hidup yang mereka alami, jangankan untuk membeli baju bagus, sekedar untuk makan sehari-hari saja mereka kesulitan, kalau sudah begini bagaimana bisa mereka mengecam pendidikan selayaknya anak-anak seumuran mereka yang lebih beruntung dari mereka. Sedih, susah, miris, lelah, takut, itulah yang selalu mereka rasakan setiap hari.
Begitu berat hidup yang merek jalani, bukan hanya tidak bisa menikmati masa-masa kecil mereka, bersekolah, bermain-main dengan teman sebaya yang lebih beruntung, dan harus menakhlukankeras hidup dijalanan. di indonesia jumlah anak jalanan yang berjumlah ribuan orang ini menjadi menjadi sasaran empuk para pedofil, mereka di siksa, dan bahkan dibunuh, seperti yang beredar saat ini, banyak sekali anak jalanan yang menjadi korban para pedofil yang kemudian dibunuh.
Beruntungnya kita yang masih bisa sekolah, tinggal di rumah yang nyaman, berkecukupan, dan sudah seharusnya bersyukur dan tidak gampang untuk mengeluh, karena masih banyak diluar sana yang hidupnya lebih susah namun mereka masih tetap mampu untuk mengucap syukur. Jadilah setegar anak jalanan dalam menghadapi hidup, walaupun hidup yang mereka jalani begitu keras,namun mereka tetap tegar, dan mampu untuk tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H