Mohon tunggu...
Risda Putri Indriani
Risda Putri Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hai! Panggil saya Risda !
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Biologi - Pendidikan - Islam Mahasiswa Pendidikan Biologi-UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

"Computational Thinking" Bukanlah Cara Berpikir ala Komputer

8 Juni 2022   08:00 Diperbarui: 8 Juni 2022   08:35 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika mendengar kata computational thinking, satu yang terbesit dalam pikiranmu adalah cara berpikir seperti komputer. Apakah cara berpikir manusia harus seperti komputer agar terlihat cerdas? Sejatinya, manusia tidak harus seperti computer, karena manusialah yang menciptakan computer. 

Manusia memiliki kreatifitas sehingga dapat mengembangkan bakat melebihi kemampuan computer. Berbeda dengan computer yang terdiri dari serangkaian logaritma sehingga menghasilkan suatu kemampuan. Satu hal yang perlu diingat bahwa, komputer hanya alat yang membantu manusia. Jadi, jauhkan pikiran bahwa computational thinking berkaitan langsung dengan berpikir ala computer.

Seymour Papert (1980) mengenalkan istilah Computational Thinking (CT) dan didefinisikan sebagai cara proses berpikir oleh Prof. Jeanette Wing (2017).

"CT merupakan proses berpikir yang untuk memberikan solusi atas permasalah dengan cara menguraikan permasalahan menjadi bagian kecil dan sederhana, dan mencari pola dari permasalahan tersebut."

Secara sederhana, CT merupakan suatu problem solving, yaitu mendefinisikan akar masalah dan solusinya, serta berpikir apakah penggunaan computer dapat membuat penyelesaian masalah menjadi lebih efektif. CT sebenarnya sudah mulai diimplementasikan oleh pemerintah Inggris tahun 2014. 

Pemerintah Inggris memberikan matei pemrograman pada kurikulum sekolah dasar dan menengah. Tujuannya bukan untuk mencetak programmer, namun untuk mengenalkan CT sejak dini. CT diharapkan dapat mencetak manusia yang dapat mendesain suatu solusi seperti pada saat software engineer mendesain suatu program.

Ada 4 landasan utama dari CT yaitu dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma. 

Dekomposisi adalah proses pemecahan masalah kompleks menjadi bagian kecil dan sedehana, sehingga menghasilkan rumusan masalah dan menyelesaikan masalah satu persatu. Menyelesaikan masalah dari bagian kecil dapat memudahkan siswa untuk mengetahui darimana masalah tersebut datang dan menemukan hal-hal detail. Pengenalan pola yaitu metode memecahkan masalah dengan mencari pola persamaan dan perbedaan setiap masalah. Sehingga siswa dapat memprediksi permasalahan yang akan terjadi. Abstraksi yaitu memilah informasi tidak relevan dan focus terhadap informasi penting yang dapat menyelesikan permasalahan. Algoritma yaitu membuat langkah-langkah dan strategi yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut secara efektif dan efisien.

Kesimpulannya, computational thinking bukanlah pembelajaran computer dan dapat dilakukan pada mata pelajaran manapun. Computational thinking dapat membantu siswa untuk memecahkan kasus didunia nyata dengan menguraikan masalah menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dikelola. 

Computational thinking sejalan dengan pembelajaran abad 21 yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikasi siswa. Sehingga menjadi rekomendasi untuk menjadi pembelajaran masa kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun