Mohon tunggu...
Risda Putri Indriani
Risda Putri Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hai! Panggil saya Risda !
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Biologi - Pendidikan - Islam Mahasiswa Pendidikan Biologi-UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ketika Tumor Pada Tumbuhan Dimanfaatkan dengan Bioteknologi

22 Februari 2022   06:00 Diperbarui: 22 Februari 2022   06:07 1379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumor tumbuhan adalah peristiwa membelahnya sel tumbuhan (pada hal ini kambium) yang tidak terkendali. Penyebabnya adalah serangan bakteri Agrobacterium tumefaciens pada jaringan yang luka pada tumbuhan. Bakteri ini merupakan bakteri saprofit tanah yang hidup di akar tumbuhan. Bakteri ini berkoloni, kecil, dan membulat. Bakteri masuk ke dalam tumbuhan melalui luka karena tumuhan memiliki cadangan makanan / nutrisi yang dibutuhkan bakteri. Selain itu, bakteri dapat meminimalisir persaingan makanan dari bakteri lain yang ada di dalam tanah.

Bakteri ini masuk ke tumbuhan melalui luka, mendekat secara kemotaksis dan menembus sel inang. Bakteri ini akan mengirimkan DNAnya dan menyatu dengan DNA tumbuhan. DNA bakteri A. tumefaciens memiliki hormon pertumbuhan yaitu auksin dan sitokinin. Sehingga, auksin dan sitokinin pada tumbuhan akan berlebih. Pembelahan sel akan terjadi terus menerus pada bagian yang terinfeksi. Jaringan terinfeksi tersebut akan rawan terhadap serangan penyakit lainnya, sehingga jika lama kelamaan akan menyebabkan kematian pada tumbuhan tersebut.

Kemajuan bioteknologi modern dapat menganalisis letak gen auksin dan sitokinin pada bakteri A. tumefaciens. T-DNA pada plasmid bakteri yang mensintesiskan hormon pertumbuhan tersebut. Dengan bantuan bioteknologi modern (DNA rekombinan), maka bagian T-DNA yang mensintesiskan hormon pertumbuhan tersebut dapat dihilangkan dan diganti dengan gen DNA yang baru. Penyisipan DNA pada bakteri memudahkan peneliti untuk mengembangkan atau memperbaiki struktur tumbuhan sesuai yang diinginkan. Kelebihannya adalah A. tumefaciens merupakan bakteri yang dapat  masuk ke sel tumbuhan secara alami, sehingga memungkinkan penggabungan antara gen tumbuhan dan gen baru lebih besar. Hal ini dapat meningkatkan persentase keberhasilan munculnya sifat baru yang diinginkan pada tumbuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun