Madura memiliki masyarakat dengan keislamannya yang kuat. Banyak masjid yang dibangun dan menjadi ikon bagi kota tersebut, salah satunya adalah Masjid Agung Kota Sumenep.
Masjid Agung bisa disebut juga Masjid Jami’, letaknya tidak jauh dari alun-alun kota Sumenep. Kemegahan masjid ini terlihat dari warnanya yang berwarna kuning terang bagaikan emas.
Masjid ini dibangun oleh Keraton Madura Pangeran Natakusuma I. Masjid ini sangat luas dan memiliki banyak tiang penyangga seperti khas masjid di Jawa pada umumnya. Corak arsitekturnya bergaya Arab, Tiongkok, Jawa dan Madura disertai banyak kaligrafi yang menghiasi dindingnya.
Ada pesan yang disampaikan melalui wasiat yang terukir di bagian depan masjid. Wasiat pertama:
“Yang membangun masjid ini adalah Pangeran Natakusuma di Negara Sumenep, dan Masjid ini selesai di bulan Ramadhan Tahun ZI dan dijadikan wakaf di Jalan Allah (Sabillah) di dalam memulai pekerjaan kebajikan untuk shalat yang bertujuan taat kepada Allah. Ini tahun Tarikh waktu selesainya masjid tahun 1206 H Nabi SAW.”
Wasiat kedua berbunyi “Masjid ini adalah Baitullah, bersabda Pangeran Natakusuma, Penguasa Wilayah Sumenep, sesungguhnya wasiatku kepada wali/raja/penguasa-penguasa dan kepada orang yang mau menegakkan kebajikan, jika terdapat pada masjid ini sesudahku pencemaran, maka luruskanlah, karena sesungguhnya masjid ini wakaf, tidak diwariskan, jangan dijual dan jangan dirusak”.
Wasiat tersebut menggambarkan betapa kentalnya keislaman di Sumenep Madura ini. Pangeran pun berwasiat untuk rakyatnya untuk tetap berada di jalan Allah dan menunaikan kebajikan dengan menunaikan sholat.
Masjid tersebut tidak diwariskan, tetapi pemberian pangeran kepada rakyatnya. Masjid sebagai simbol kebanggan keislaman di wilayah Madura haruslah dijaga, tidak boleh dirusak apalagi dijual.
Ada perasaan berbeda saat memasuki masjid ini, tempat sholat, tempat wudhu dan kamar mandi pun dijaga dengan bersih. Pengunjung diperbolehkan sholat dibagian teras masjid.