Mohon tunggu...
Risa Suryanti
Risa Suryanti Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Child Psychologist

konseling anak dan remaja

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Anak Terkesan "Kaku" saat Bermain... Normalkah?

16 Desember 2022   10:19 Diperbarui: 19 Desember 2022   07:44 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa anak-anak adalah masa bermain. Bermain merupakan salah satu cara anak untuk mengembangkan dirinya, baik dari aspek kognitif, motorik, bahasa, dan sosial emosi. Melompat, berlari, mengotak-atik mainan dan banyak kegiatan lainnya yang seakan energi mereka tak ada habisnya. Selepas bermain, ada anak-anak yang biasa membereskan mainan. Adapula yang langsung meninggalkan dan mengganti permainan yang lain.

Salah satu perilaku yang terlihat khas dan menarik pada anak-anak yaitu gemar menyusun mainanberdasarkan kelompok tertentu. Misalnya anak -- anak menyusun balok-balok, mobil-mobilan, tutup botol berdasarkan kelompok warna. Anak-anak tersebut menyusunnya secara memanjang, dengan sangat rapi dan presisi. Orang tua yang melihat kebiasaan anak seringkali merasa kagum dengan kemampuan anaknya. Namun kadang orang tua juga kewalahan dengan perilaku tersebut terutama saat anak mulai "marah" saat orang lain merusak susunan yang telah ia buat. Anak terkesan rigid/kaku dengan apa yang telah ia ciptakan.

Anak yang menunjukkan sikap rigid atau kaku, bisa menunjukkan indikasi positif apabila anak mempertahankan sesuatu yang sifatnya prinsip. Namun akan menjadi lain cerita apabila anak menunjukkan sikap rigid (kaku) disertai dengan perilaku khas lainnya seperti minim kontak mata, kurangnya minat sosial, dan minat bermain. Anak-anak yang menunjukkan perilaku tersebut perlu diwaspadai karena perilaku tersebut merupakan beberapa gejala autism.

Autism Syndrome Disorder (ASD)

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi 5 (DSM-5) American Psychiatric Association, Autism Syndrome Disorder atau gangguan spektrum autism merupakan gangguan neurodevelopmental dengan karakteristik defisit kemampuan interaksi dan komunikasi sosial di berbagai konteks sosial, seperti respon perilaku dan komunikasi sosial yang dibutuhkan untuk menjalin interaksi sosial, mengembangkan, mempertahankan, dan memahami suatu relasi. Kondisi ini disertai dengan adanya perilaku repetitif, minat dan aktivitas yang terbatas.

Adapun Manifestasi klinis pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (World Health Organization, 2011), diantaranya : 

1. Minimnya minat sosial, cenderung bermain sendiri daripada bermain dengan teman sebaya.

2. Terbatasnya kemampuan mengintegrasikan perilaku sosial, emosional, dan komunikasi sosial di berbagai konteks sosial. Pasien hanya sedikit menunjukkan atau sama sekali tidak menunjukkan afeksi dalam berinteraksi sosial, serta kurang menunjukkan respon tanda-tanda sosial-emosional ataupun respon terhadap emosi orang lain. 

3. Pada sebagian pasien dengan gangguan spektrum autisme, tidak tampak adanya ekspresi wajah maupun gerak tubuh. 

4. Ekolalia 

5. Perilaku dan minat yang terbatas dan berulang, seperti bermain dengan mainan yang sama berulang kali, menggunakan benda yang sama terus-menerus, hanya memperhatikan bagian tertentu dari mainan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun