Sempat padanya (cinta) ku bertanya.
Gerangan apa dia(cinta) menangis?
Jawabnyalukapergi dan menghilang.
Kutanya kemana?
Jawabnya tak tahu.
Aku merasa heran./Mengapa kau menangis? Harusnya kau bahagia./ Tak adaluka makakau (cinta) akan menjadi utuh tak tergores, takkan pernah meneteskan air mata. /Takkan ada sedih hanya tawa.
Dia (cinta) diam dan tersenyum pahit.
Kau Tanya mengapa?
Jawabnya kau pun tahu, katanya: aku (cinta) takkan sempurna jika tak bersamaluka./ Karenalukayang mengajarkan seperti apa aku (cinta) yang sesungguhnya./ Tanpalukaaku (cinta) hanya kepalsuan dibalik tawa, aku (cinta) takkan pernah tahu bagaimana cara bangkit dari keterpurukan./ Tanpaluka, aku (cinta) tak pernah sekuat ini.
Dia (cinta) balik bertanya. Kau tahu mengapa kau sekuat ini sekarang? Pernahkah kau sadar?
Karena ada aku (cinta) dan dia(LUKA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H