Mohon tunggu...
Risang Rimbatmaja
Risang Rimbatmaja Mohon Tunggu... Freelancer - Teman kucing-kucing

Full time part timer | Fasilitator kampung | Sedang terus belajar bergaul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontestasi Perilaku di Tengah Wabah Virus Corona

25 April 2020   15:00 Diperbarui: 25 April 2020   15:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar pinjam dari https://prokabar.com/bawaslu-pasaman-peringati-walinagari-dan-bamus/

  • Selain strategi yang sifatnya packaging, pemahaman yang terpadu perlu dibangun dari pemahaman kritis. Jadi, orang bukan hanya diminta mengingat ini itu. Tetapi, mereka paham mengapa harus melakukannya dengan gambaran utuh.

    Para ahli penyakit infeksi selalu memulai dengan jalur transmisi. Pahami dulu pola penularan setelah itu perilaku-perilaku yang menghentikan penularan di setiap jalur.

    Jadi publik harus tahu COVID-19 ditularkan dari orang sakit melalui percikan yang keluar dari saluran napas (batuk, bersin atau bicara). Seseorang bisa tertular secara langsung atau tidak langsung.

  • Secara langsung karena percikan terhirup. Pencegahan: tetap di rumah, jaga jarak aman 1 > meter, pakai masker saat keluar. Karena kita tidak tahu siapa yang sakit gara-gara OTG atau Orang (sakit) tanpa gejala, perilakunya harus konsisten.

  • Secara tidak langsung di mana percikan bervirus mengenai benda yang kemudian tersentuh tangan lalu masuk via mulut, hidung, mata. Pencegahan: sering cuci tangan pakai sabun, jangan usap wajah (mulut, hidung, mata pintu masuk virus), bersihkan benda yang sering tersentuh atau terpercik orang.

    Bila virus sudah kadung masuk, harapkan imunitas tubuh melawannya. Makan banyak buah sayur, suplemen vitamin C dan E, bila diperlukan, istirahat cukup, berjemur di pagi hari, olah raga, berhenti merokok dan lain-lain

    Bila kadung terinfeksi, isolasi diri, pakai masker. Jangan sampai menularkan ke orang lain.

  • Pemahaman kritis bisa menjadi fondasi agar orang tak mudah di-brainwash dengan tawaran perilaku-perilaku yang tidak masuk akal. Tapi upaya menguatkan pemahaman kritis baiknya dibawakan dengan bungkus atau akronim yang menarik. Kalau tidak, nanti jadi kuliah yang membosankan.

    Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
    Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun