Trotoar merupakan suatu jalan yang memang diperuntukan untuk para pejalan kaki atau pedestrian. Terlebih lagi untuk orang difabel atau penyandang cacat. Fungsinya sangat jelas saya rasa, yaitu sebagai jalan untuk orang-orang yang akan berjalan, yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, umum atau semacamnya. Dan juga merupakan kawasan untuk para difabel.
Namun, saya rasa sekarang fungsinya telah berubah. Tidak lagi menjadi prioritas untuk para pedestrian. Tapi, telah berubah menjadi tempat para penjual kaki lima ataupun tempat parkir kendaraan pribadi ataupun umum. Apakah saya salah? Atau saya saja yang masih terlalu kolot menyangkal hal tersebut? Bahwa sebenarnya keadilan untuk para pejalan kaki dan penyandang cacat tak lagi jadi prioritas utama. Terabaikan??? Jelas sekali.
Sebelum saya memposting tulisan ini, sebenarnya saya telah berdiskusi dengan salah seorang mahasiswa jurusan pendidikan luar biasa. Dan dari perbincangan menarik saya itu tenyata saya menjadi tahu bahwa sebuah trotoar yang baik itu yang mempunyai guiding-block.
Guiding-block sendiri merupakan jalan khusus yang diperuntukan untuk para difabel khususnya tuna netra. Guiding-block memiliki ciri khas yang unik yaitu berbentuk garis panjang putus-putus yang biasanya berwarna kuning. Garis putus-putus ini untuk menuntun para difabel tuna netra. Sungguh suatu ide yang sangat brilliant.
Namun kembali lagi, kenyataannya tidak begitu. Trotoar yang membentang sepanjang jalan kebanyakan telah disulap untuk tempat berjualan para pedagang kaki lima, ataupun untuk tempat parkir kendaraan. Apakah ini serius? Sangat serius. Mengingat bahwa keadilan itu merupakan hak setiap individu. Kendaraan pribadi dan umum saja sekarang berkembang sangat pesat. Sekarang tidak zaman lagi, jika sebuah keluarga hanya memiliki satu kendaraan pribadi. Kebanyakan memiliki kendaraan pribadi lebih dari satu. Padahal, lebar bahu jalan juga sudah tidak dapat diperbesar lagi. Dan kembali fungsi trotoar juga telah berubah sebagaimana mestinya. Jalanan juga semakin berbahaya dengan kepadatan kendaraan yang lalu lalang. Lalu, dimana keadilan untuk para pejalan kaki dan difabel sekarang ini? Apakah terlupakan? Sepertinya.
Tulisan saya ini juga terinspirasi dari sebuah pertunjukan pantomime yang beberapa waktu lalu dipertunjukan. Dimana tema yang disuguhkan pada acara yang di gelar di Taman Budaya Yogyakarta itu salah satunya berjudul trotoar. Pertunjukan yang menarik yang disuguhkan kepada penonton acara tersebut. Yang mempertunjukan karya pantomime yang luar biasa dan juga kritik tajam dan berkelas dari para kreator acara tersebut saya rasa. Sebuah pertunjukan yang sangat menyentil saya, mengingat keadaan yang sebenarnya sering kita jumpai tapi kita juga sering mengabaikannya.
Lalu, apakah hal ini masih akan kita biarkan saja. Sebuah keadilan kecil yang besar manfaatnya. Apalagi untuk para difabel. Bayangkan saja, bagaimana susahnya mereka untuk berjalan, beraktifitas, ataupun menyebrang jalan jika hak mereka saja dirampas. Sepatutnya kita semua harus berbenah. Pemerintah harus serius untuk menata lagi kawasan yang memang khusus untuk trotoar agar fungsinya dapat berjalan dengan maksimal. Bukan untuk hal lain. Apakah bisa?? Sebuah pernyataan kecil yang masih sering muncul dibenak saya, karena dari perkataan dan kenyataan sering bertolak belakang. Masih banyak trotoar yang digunakan untuk pedagang kaki lima dan parkir kendaraan.
Jadi, semoga postingan saya ini dapat berguna untuk kita semua. Semoga ada pihhak khususnya pemerintah yang melihat dan tergerak hatinya untuk segera membenahi hal kecil namun besar manfaatnya ini, demi keadilan untuk para pejalan kaki dan para difabel. Karena saya juga terkesima dengan sebuah kalimat dari Enrique Penalosa yang mengatakan bahwa perbedaan antara kota maju dan terbelakang adalah trotoar yang berkualitas. Mereka mempertunjukan penghormatan pada harkat kemanusiaan. Dimana orang miskin dan orang kaya adalah sama, bertemu dan berjalan di trotoar yang sama. Kalimat yang indah. Dan maknanya sangat jelas, bahwa tidak ada perbedaan antara kaya atau miskin karena mereka sama-sama berjalan di jalan yang sama. Tidak peduli status yang mereka sandang. Toh, sebenarnya berjalan kaki itu juga sangat besar manfaatnya bagi kesehatan tubuh kitakan?
Dan jangan sampai suatu saat nanti kita mengatakan bahwa TROTOAR ITU??? ……………………….….. Tempatnya Orang Berjualan.
Jangan sampai. Terima kasih.
Semoga bermanfaat! Salam INDONESIA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H