Mohon tunggu...
Risalatul Muawanah
Risalatul Muawanah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Airlangga

Menyukai karya-karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Kehidupan Suku Formosa di Taiwan

7 Juli 2022   20:27 Diperbarui: 7 Juli 2022   20:42 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Taiwan merupakan negara yang terletak di kawasan Asia Timur, dimana suku aslinya bernama Formosa yang termasuk bangsa Austronesia yang telah ada di Taiwan jauh sebelum bangsa Han bermigrasi. 

Asal nama Formosa sendiri berasal dari bangsa Portugis yang memberi nama Taiwan dengan sebutan Ilha Formosa yang dalam bahasa inggris memiliki arti beautiful island. Hal tersebut karena Taiwan memiliki keragaman alam yang indah menurut bangsa Portugis sehingga sejak saat itu penduduk asli Taiwan dikenal sebagai Suku Formosa yang merupakan kelompok orang berbahasa Austronesia yang terbagi kedalam belasan suku.

Dimana suku-suku pecahan dari Suku Formosa ini memiliki ciri-ciri fisik yang sama dengan suku Dayak di Kalimantan, Indonesia. Hal yang membuat suku Formosa memiliki kemiripan ciri fisik dengan suku Dayak di Kalimantan karena pada ribuan tahun yang lalu bangsa Austronesia melakukan migrasi ke Nusantara dan beberapa negara lainnya seperti Madagaskar, Malaysia, Filipina, dan Oseania. 

Semenjak suku Han yang berasal dari Tiongkok melakukan migrasi secara besar-besaran pada abad ke-17 membuat suku Formosa ini menjadi tergeser keberadaannya di Taiwan.

Munculnya bahasa nasional di Taiwan juga mengikis penggunaan bahasa asli yang digunakan oleh suku Formosa, hal tersebut karena kebiasaan yang dimiliki suku Formosa dinilai barbar sehingga tidak boleh untuk dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. 

Republik Rakyat Tiongkok sendiri menyebut suku Formosa sebagai gaoshan yang secara harfiah memiliki arti suku bangsa gunung tinggi sementara di Taiwan kata khaosan digunakan sebagai istilah dalam merujuk kelompok-kelompok pribumi yang hidup di pegunungan Taiwan. 

Budaya bangsa Austronesia di Taiwan ini dapat dilihat dari adanya Formosan Aboriginal Culture Village yang terletak di Kotapraja Yuchi, Kabupaten Nantou, Taiwan yang terdiri dari sembilan desa di lereng bukit di atas Amusement Isle.

 Bangunan-bangunan tersebut direkonstruksi ulang oleh para antropolog pada tahun 1930-an, di tempat tersebut juga para pengunjung dapat mencari tahu lebih dalam terkait budaya suku Formosa Aborigin bersamaan dengan budaya Tiongkok yang ada di Taiwan.

Suku Formosa Aboriginal ini dapat dikatakan menarik untuk dipelajari karena sejak 8000 tahun yang lalu hingga saat ini masih tetap lestari, salah satunya dapat dilihat dari taman hiburan yang ada di desa tersebut yang masih menampilkan pertunjukan budaya asli, arsitektur, pakaian tradisional, hingga kerajinan tangan. 

Saat pertunjukkan tersebut mereka akan tampil dengan pakaian adat berwarna merah dengan aksen hitam penuh manik-manik serta menggunakan hiasan kepala dari bulu binatang diiringi dengan musik tradisional. 

Hingga saat ini diketahui jumlah penduduk asli suku Formosa terdiri antara 400 ribu hingga 500 ribu jiwa dari total penduduk Taiwan yang sekitar 23 juta jiwa, suku asli Taiwan ini diketahui banyak mendiami Taiwan bagian timur dari utara menuju selatan yang sebagian besar tinggal di dataran rendah dan sisanya di dataran tinggi. Berbicara terkait kebudayaan di Taiwan, banyak dari masyarakatnya yang masih mempercayai dan menerapkan nilai-nilai tradisi konfusianisme. 

Pesan utama yang dibawa oleh Konfusius adalah kepemimpinan dengan contoh moral, ia percaya bahwa setiap upaya untuk memerintah melalui peraturan dan hukuman hanya akan mendorong seseorang untuk menemukan cara untuk menghindari hukum.

Sehingga berdasarkan pesan utama tersebut dapat dikatakan pula bahwa dalam konfusianisme ini menekankan pada posisi seorang individu di tengah masyarakat yakni tentang bagaimana menjalin hubungan yang baik antar manusia dalam kehidupan sosial di masyarakat.

Selain itu, konfusianisme juga menekankan pada kewajiban, loyalitas, martabat, hormat terhadap orang yang lebih tua. Konfusianisme ini juga dianggap sebagai salah satu landasan masyarakat Taiwan memiliki konteks budaya kolektif dimana kebersamaan dalam suatu kelompok menjadi penting daripada privasi mereka sendiri. 

Hal tersebut dapat dilihat dari sangat untuk mendahulukan kepentingan keluarga, sekolah, kelompok kerja dan negara, konsep seperti yang telah disebutkan tersebut sangat penting bagi masyarakat Taiwan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun