Bulan September mempunyai arwahnya sendiri. Hitam di bulan ini meninggalkan banyak peristiwa kelam, Tragedi kemanusiaan yang tidak bisa di selesaikan hingga detik ini. Sialnya, negara membuka tangan perihal pembunuhan, penghilangan paksa, serta kesewenang-wenangan terhadap masyarakat sipil.Â
September kali ini bertepatan dengan wisata ilmiah PKN. Saya di tugaskan membawa materi pengantar pendidikan, panitia memberi kode bahwa waktu yang di berikan masing-masing pemateri hanyalah satu jam. Bagi saya, waktu demikian tidaklah lama. Pasalnya, kesempatan itu saya manfaatkan dengan menyampaikan sejumlah deretan tragedi kemanusiaan yang terjadi di bulan September ini.Â
Tetapi sebelum itu, saya telah meminta maaf kepada panitia, pengurus serta moderator yang mengatur jalanya diskusi kita. Saya akan bertanggungjawab mengenai dengan materi yang telah di tetaplan panitia terhadap saya, kemungkinan besar di lain waktu. Untuk kesempatan ini, saya hanya berbagi kepada kita semua untuk kembali mengingat dan memeriksakan kembali catatan catatan kelam bangsa Indonesia yang terjadi pada bulan September.Â
Masih banyak alasan yang ingin saya sebutkan kenapa saya harus mengangkat  tragedi di bulan September. Yang jelas, Negara harus bertanggungjawab atas pembantaian di tanjung priok, Tragedi semanggi, hingga pembunuhan munir, dan masih banyak lagi. Ya, September masih saja hitam.
__________________________
Catatan ini adalah lanjutkan dari catatan sebelumnya (bagian 5). "HARI HARI YANG BERLALU" merupakan catatan yang ingin saya tulis di akhir studi kali ini.Â
Risal Sadoki | Catatan Biasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H