Mohon tunggu...
Analisis Pilihan

Menakar Esensi di Balik Pemilihan Presiden 2019

22 April 2019   23:54 Diperbarui: 23 April 2019   00:07 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: cnbcindonesia.com

Indonesia sebentar lagi akan dihadapkan pada pemilihan presiden 2019. Pemilihan presiden ini bukan sekadar kontestasi politik saja, namun sebagai tonggak penentu nasib sebuah bangsa melalui pemimpin yang terpilih kelak. Secara umum, Indonesia telah melaksanakan pemilihan presiden secara langsung sejak tahun 2004, 2009, 2014 hingga 2019 sekarang ini. 

Tak dapat dipungkiri pemilihan presiden tahun 2019 tergolong ketat dan menyita perhatian publik. Pasalnya pemilihan presiden 2019 tercatat menjadi sejarah pertama dalam pesta demokrasi Indonesia, lantaran penyelenggaraan pemilihan presiden 2019 dilaksanakan serentak dengan pemilihan legislatif (DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten). 

Selain itu, bila dianalisis secara komprehensif terdapat distingsi dalam pemilihan umum 2019 yang berorientasi pada penggunaan media sosial, door to door dan debat argumen dibanding pemilihan umum sebelumnya yang menggunakan kampanye massa. Setidaknya ada 3 isu besar yang akan terus bergulir di pemilihan presiden 2019, yakni isu politik identitas, isu ekonomi, dan isu tenaga kerja asing. 

Menyadari dengan berbagai kompleksitas yang ada, partai-partai politik menjadi lebih selektif dalam memberi dukungan dan mengatur strategi sedini mungkin dengan menunjuk kandidat-kandidat yang menjadi trend center dan berpeluang memenangkan pemilihan presiden 2019. 

Lantas dapatkah Indonesia melewati problematika politik yang tengah terjadi ataukah pemilihan presiden 2019 hanya sekadar wacana demokrasi? Di sini penulis akan mengajak pembaca untuk melihat setiap sisi dan menarik benang merah dari esensi di balik pemilihan presiden 2019, yang dirasa kurang  mendapat sentuhan oleh kaum elite politik. 

Antara Esensi dan Sensasi

 Tampaknya masing-masing kandidat tidak bermain-main dalam menyikapi persaingan pemilihan presiden 2019. Hal ini dibuktikkan dengan mulai gencarnya masing-masing kandidat menarik perhatian massa melalui berbagai program yang ditawarkan kepada rakyat. Antusiasme rakyat seakan dibangun dengan berbagai program yang ditawarkan dan ditujukan dengan menjagokan kandidat pilihan mereka. 

Seiring dengan antusiasme rakyat yang semakin besar, keadaan mulai bertransformasi. Beragam isu, berita hoaks, dan kontroversi mulai mencuat ke permukaan dan menjadi konsumsi publik seperti kasus Ratna Sarumpaet, isu PKI, #2019GantiPresiden, kriminalisasi ulama dan lain-lain. Entah siapa yang memulainya, rakyat seakan terstimulasi dan terprovokasi tanpa mengetahui otentisitas dari sumber yang bersangkutan. 

Terlebih dengan adanya media sosial, seakan menjadi tempat yang paling cocok untuk menuangkan berbagai dukungan, kritikan, dan kata-kata sarkasme yang kesemuanya berkonteks pada pemilihan umum. Orientasi rakyat semakin menyempit dengan stigma yang telah dibangun sendiri untuk mendukung kandidat jagoan mereka. 

Rakyat menganggap seolah kandidat jagoannya adalah "Malaikat" dan lawan politiknya sebagai "Iblis", sehingga apapun yang dilontarkan oleh jagoan mereka seolah  kebenaran semata dan apa yang dikatakan oleh lawan jagoan mereka hanyalah omong kosong belaka. 

Bahkan rakyat mungkin enggan menerima realitas dari sebuah kebenaran terkait lawan jagoan politik mereka. Hal ini lantaran rakyat (terkhusus simpatisan) menutup mata dengan mempercayai sepenuhnya narasi-narasi politik yang sedang berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun